Minggu demi minggu telah berlalu, begitu juga dengan minggu-minggu yang dilewati Karin. Selama enam minggu ini dirinya disibukkan dengan tugas sekolah dan mengurusi Jeno yang kakinya masih belum pulih juga dari kecelakaan beberapa waktu lalu.
Karin mengetuk pelan sebuah pintu berwarna coklat tua itu. "Jen?" ia membuka pintu itu dan menengok ke arah dalam setelah sang pemilik kamar mengizinkannya untuk masuk.
"Akhirnya dateng juga," ujar Jeno sambil memakan makanan ringan.
Kini Karin sedang berada di kamar milik Jeno, ia selalu saja mengoceh saat melihat kamar Jeno yang berantakan itu. Sedangkan Jeno sama sekali tak memedulikan ocehan Karin. Akhirnya berujung Karin yang merapihkan kamar itu.
"Dasar jorok!" cibir Karin.
Jeno menahan tawanya, mengusili Karin memang asik. "Cie... udah siap jadi pasangan gue nih kalo gini."
Bukannya terbawa perasaan atau semacamnya, Karin malah memukul Jeno dengan bantal milik cowok itu. "Ogah!"
Setelah membuat kamar itu menjadi sedikit lebih rapih, Karin mengetuk pelan perban yang berada di kaki Jeno. "Masih belom sembuh, nih?" tanyanya.
"Ya... gitu deh."
Jeno berbohong, sebenarnya kaki itu sudah sembuh dari seminggu yang lalu, tetapi ia masih berpura-pura sakit di depan Karin. Tujuannya hanya satu, agar ia dapat terus bersama cewek itu. Selain itu, dengan kakinya yang sulit berjalan, ia jadi dimaklumi untuk belajar di rumah selama 2 bulan.
"Udah makan siang belom? Jangan ngemil mulu," peringat Karin pada Jeno, sedangkan yang diperingati mengangguk. "Lo sendiri udah, kan?"
"Udah tadi di kantin," jawab Karin. "Terus sekarang tugas gue ngapain nih?"
Dengan tanpa berpikir, Jeno langsung mengajak Karin keluar dari kamarnya, ia bosan jika terus berada di kamarnya yang sumpek ini. "Keluar yuk?" ajaknya.
"Gak! Orang kaki lo masih sakit juga," tolak Karin langsung.
"Ayolah Rin! Jalan-jalan di komplek ini aja kok, lagian sekalian latihan jalan juga," bujuk Jeno.
Karin luluh, ia menyetujui ajakan cowok itu. Meskipun sebenarnya Jeno sudah bisa berjalan tanpa tongkat, tetapi kini ia harus menggunakan tongkatnya lagi untuk bersandiwara di depan sang pujaan hati.
Selama perjalanan memutari komplek rumah Jeno, Karin selalu bercerita tentang hal yang terjadi di sekolah, termasuk gosip-gosip yang beredar. Jeno menyimak segala cerita yang diceritakan Karin, ia senang jika Karin terbuka padanya.
"... terus ya, tadi tuh lucu banget! Masa tadi Jeremy mau gombal ke Winny, tapi ngomongnya terbata-bata gitu, keburu bel masuk, hahaha!" Karin tertawa lepas. Diikuti juga oleh Jeno, apa lagi di saat terbayang wajah Jeremy saat itu, pasti hal itu akan menghibur siapa pun yang mendengar cerita lucu itu.
"Aduh ada-ada aja emang, jadi kangen sekolah nih gue," ujar Jeno. "Makanya lo harus cepet sembuh dong!" Karin menyemangati cowok yang berada di sampingnya itu.
Jeno tersenyum, seandainya saja Karin tahu bahwa sebenarnya kakinya memang sudah sembuh, tetapi hal ini ia lakukan hanya agar bisa lebih dekat dengan pujaan hatinya itu.
Brum! Brum!
Suara motor besar itu mulai mendekat ke arah mereka berdua, Jeno yang menghafal suara motor itu segera berjaga-jaga. Persis seperti dugaannya, orang yang membawa motor besar itu adalah Felix.
Cowok itu turun dari motornya dengan wajah datar. Jeno segera menutupi Karin dengan tubuhnya, ia tak akan membiarkan Felix menyentuh Karin sedikitpun dan mengulang kesalahan yang sama.
Felix si sangar itu berjalan ke arah Jeno, mungkin saja ia akan menghajar cowok dengan tongkat itu sekarang juga. Karin menyadari kaki Jeno yang masih lemah, ia keluar dari perlindungan Jeno, dirinya lah yang akan melindungi Jeno kali ini.
Tangan Karin mendorong bahu Felix agar menjauh dari keduanya. "Mau ngapain lo?!" tanyanya kasar.
"Gue ke sini bukan untuk cari ribut. Sesuai janji kita kemaren, Stray bakalan gue bubarin. Dateng ke markas kita besok kalo lo mau liat." Felix menjawab seadanya, kemudian kembali menjalankan motornya.
Setelah melihat Felix pergi, Karin segera membalikkan tubuhnya dan menatap Jeno. "Besok mau dateng? Jangan dulu ya, Jen. Gue takut kalo dia bohong lagi," larangnya pada Jeno.
Cowok bernama Jeno itu tersenyum bangga pada Karin, alih-alih membalas ucapan Karin yang sedang khawatir dengannya, ia justru lebih memilih untuk membahas topik lain.
"Lo gemes banget sih, Rin. Gue salut waktu lo mau lindungin gue tadi."
Kalimat itu menbuat Karin tersipu malu, ia menundukkan kepalanya dan tak berani menatap Jeno.
"Makasih ya, cantik." Jeno mengelus lembut rambut Karin.
"Oh iya, soal kaki gue..." cowok itu menjatuhkan tongkatnya dari tangan kanannya. "Sebenernya udah sembuh, hehe..."
Karin membelalak, jadi selama ini ia dibohongi oleh mantan musuhnya itu? Hal ini tak bisa ia biarkan.
"JENO! JADI SELAMA INI LO BOONGIN GUE? KURANGAJAR!"
Dak!
Tanpa rasa belas kasihan, Karin menginjak kaki kanan milik jeno dengan keras hingga si pemilik kaki berjanji tidak akan berbohong lagi.
"AW! SAKIT ANJIR!" teriaknya refleks.
"Ya kalo lo injek begitu juga masih sakit, Rin..."
***
🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
NEO SPACE : AESPA X NCT DREAM 00 LINE
FanficNeo'z will slaughter anyone. But, Aespace won't let that happen to them. Masalah kecil menyebabkan Aespace harus berurusan dengan Neo'z, si raja jalanan sekaligus gang yang sangat mereka hindari. Perjanjian konyol itu membuat mereka larut dalam per...