― Malam itu sinar bulan terlihat begitu terang, suara ombak yang mengalun indah seolah tengah menemani kita yang tengah menyusuri indahnya laut malam kala itu. Di lihatnya bibir itu berkali-kali melemparkan segaris senyum bahagia saat pandangannya b...
Lilyyan Bulan Savrinandeya Baskara - Lalisa Manoban
Play this song : Another Love - Tom Odell
~~
"I'll never love anyone else more than I love you."
~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pagi ini keluarga Bulan sudah menaiki mobil suruhan majikan Ibunya menuju Jakarta dari Bandung, mereka memutuskan pindah di karenakan sang ibunya yang bekerja kepada keluarga Jegasara salah satu keluaga yang memiliki banyak kekayaan, tetapi saat ini keluarga Jegasara memutuskan untuk pindah dan menetap di Jakarta dikarenakan pusat perusahaannya sekarang berada di Jakarta.
Ibu Bulan bekerja pada keluarga Jegasara sudah sedari lama. Soal Ayah Bulan, beliau sudah meninggal sedari Langit masih kecil karena penyakit jantung yang di deritanya. Setidaknya Bulan senang untuk kepindahannya saat ini, Kakaknya tengah ber kuliah di Jakarta yang artinya ia bisa lebih sering bertemu.
Perjalanan terasa membosankan, 3 jam Bulan gunakan hanya untuk melihat pemandangan jalanan. Pikiran Bulan menerawang memikirkan ia harus bersekolah di sekolah baru dan harus mencari teman baru nanti, Bulan menghela nafas pelan pastinya nanti Bulan akan bersekolah di tempat yang sama dengan anak dari keluarga Jegasara yang menurut Bulan sifatnya terlalu congkak.
Langit Adiknya menyadarkan lamunan Bulan saat mobil sudah berhenti di kawasan rumah sederhana yang di berikan oleh majikan Ibunya. Setelah membawa semua barang bawaannya masuk Bulan beserta yang lain memilih duduk bersama di ruang tamu.
"Nanti kata Tuan sekolah mu dan Langit bareng sama Nona Lea dan Nona Lia" Bulan mengangguk saja toh ia sudah menebaknya dari awal, Bulan lantas bangun lalu berpamitan untuk pergi ke kamarnya.
~~
"Teh, ini Bang Bintang janjiannya disini tempatnya bener?" tanya Langit sembari celingak celinguk mencari sosok Abangnya.
Bulan mengangguk pelan "Ini bener ga sih tempatnya?" tanya Bulan balik pada Langit.
"Loh kok tanya aku, Langit ini cuma nemenin Teh Bulan"
Bulan menghela nafas lelah, hari ini cukup panas apalagi Bulan dan Langit ke tempat ini menggunakan angkutan umum.
Menepuk punggung Bulan. "Itu kayaknya Bang Bintang deh, e-eh eh kok ke arah sana" ucap heboh Bulan sembari menunjuk-nunjuk tempat berada Bintang.
"Kamu kejar sana Bang Bintang, Teteh tunggu di bangku itu ya" ucap Bulan Langit mengangguk lalu berbalik untuk mengejar Bintang, tetapi kembali berbalik lalu berucap dengan berteriak. "Hati-hati nyebrangnya Teh.."
Bulan hanya menatap Adiknya sebentar lalu berjalan pelan menyebrangi jalanan, tiba-tiba saja sebuah motor berbelok melaju dengan cepat hingga membuat Bulan terkejut lalu terjatuh terkena senggolan dari motor itu.
"Aw" Keluh Bulan saat ia terjatuh menyentuh jalanan, lengan sebelah kirinya perih setelah Bulan lihat ternyata ada luka goresan disana.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu Bulan, karena Bulan memang butuh bantuan ia membawa tangannya menerima uluran tangan seseorang itu.
Setelah berhasil berdiri Bulan menatap seseorang di depannya ini sembari berucap. "Terima kasih" Bulan tak bisa melihat wajahnya di karenakan tertutup oleh helm hanya kedua matanya saja yang bisa Bulan lihat.. yang jelas ia Laki-laki.
Sama-sama terdiam laki-laki di depannya tiba-tiba menyodorkan beberapa lembar uang. "Buat apa?"
"Buat biaya rumah sakit lo" Bulan melongo, ternyata laki-laki ini yang menabraknya. Bulan bisa menebak pasti dia anak orang berada.. ini hanya luka kecil, yang Bulan mau hanya ucapan maaf yang keluar dari mulut laki-laki di depannya ini.
Bulan mendorong mundur uang yang di depannya. "Ga butuh ini Kak, aku bisa ngobatin sendiri. Butuhnya cuma kata maaf aja"
Tersenyum remeh laki-laki di depan Bulan. "Gue bisanya cuma ini" jawab sinis laki-laki di depannya sembari melempar lembaran uang ke badan Bulan dan kembali menaiki motornya.
Bulan hanya memandang tak percaya kearah laki-laki tadi, hingga ia tak sadar jika Kakaknya dan Adiknya tengah berlarian ke arahnya karena melihat Bulan yang di tolong oleh seorang laki-laki.
"Teteh yaampun udah Langit bilang kalau nyebrang tuh hati-hati" cerocos Langit saat sudah sampai di hadapan Kakak perempuannya.
"Dek ada yang luka?" ucap khawatir Bintang sembari mengecek keadaan Adik perempuan, sebagai jawaban pertanyaan dari Kakaknya Bulan mengangkat lengan kirinya menunjukan luga disana.
"Ayo duduk disana dulu, biar Bang Bintang beli betadine sama plester"
"Ini uang siapa ceceran disini semua" celetuk Langit sembari memungut lembaran uang ratusan yang di buang oleh laki-laki yang menabrak Bulan Bulan yang di tatap oleh Kakak dan Adiknya seolah meminta penjelasan padanya akhirnya bersuara. "Itu uang dari laki-laki yang nabrak Bulan barusan"
Menghela nafas pelan Bintang memberi kode kepada Langit untuk segera membawa Bulan menyebrang menuju tempat duduk di taman itu, dengan cepat Langit membawa Bulan sedangkan Bintang memungut lembarang uang-uang itu.
~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Haii, terima kasih sudah mampir. Aku harap kalian suka dengan cerita tentang Bumi dan Bulan ini
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.