Prolog

63.4K 3.3K 71
                                    

🌻🌻🌻


Jika sebagian orang akan menolak dijodohkan, apalagi dengan orang asing. Berbeda denganku yang justru langsung menerima lamaran dari orang yang sebelumnya belum kukenal sama sekali.

Dia pria yang sangat tampan, baik, tetapi sedikit cuek. Namun, entah mengapa hati kecilku mengatakan kalau aku harus menerima lamarannya. Mungkin memang sudah takdirnya seperti ini, kan?

***

"Eh, Kak! Mau ngapain?!"

Kak Cakra membuka kancing kemejanya bak adegan slow motion, persis seperti scene di film romantis. Ini Kak Cakra nggak mau ngapa-ngapain aku, kan? Aku panik bukan main, memang aku menerima lamarannya, tetapi aku belum siap kalau harus diapa-apain.

Bunda ... anakmu hari ini belum siap di unboxing, nggak tau kalau besok.

"Astagfirullah. Kamu bikin kaget aja sih, Ra," kaget Kak Cakra memegangi dadanya. Dia pikir dia saja yang kaget, aku juga lho, ini kali pertama aku berduaan dengan laki-laki selain ayah dan adikku.

"Lagian Kakak ngapain kayak gitu?"

Kak Cakra tampak mengernyitkan keningnya. "Kayak gitu gimana sih? Buka kancing baju lah, mana mungkin aku tidur pake kemeja. Kamu kenapa sih?"

Oh, baiklah. Mungkin dia tipe orang yang tidak bisa memakai baju yang cukup tebal untuk tidur. Tidak sepertiku yang pakai apa saja bisa tidur, syaratnya hanya harus ada bantal. Karena setiap bersentuhan dengan bantal mataku akan otomatis mengantuk.

Lalu, apa katanya tadi? Kayak gitu gimana? Pakai ditanya segala. Perawan ting-ting ini takut kamu unboxing lah, bagaimana sih, dasar tidak peka. Baiklah, istirahat karena beberapa jam lagi akan ada resepsi.

***

Acara resepsi dilakukan dengan tamu yang sangat banyak. Mungkin orang tuaku mengundang hampir satu kecamatan, karena aku hampir tidak bisa duduk barang sekejap.

Saat ini aku sedang berada di kamar, duduk sambil menyandarkan punggung ke headboard tempat tidur. Sampai tiba-tiba sisi kasur sebelahku bergerak, membuat aku sedikit terkejut. "Eh, ngapain?!" Aku refleks bangkit dari kasur.

"Tidurlah. Kenapa? Aku gak boleh tidur di kasur kamu juga?" Aku langsung gelagapan.

Tentu saja boleh dong, sekarang dia sudah jadi suamiku.

Aku hanya bisa menyengir saja. "Kirain tadi mau apa-apain aku," ucapku sambil terkekeh canggung. Bagaimana tak canggung kalau ada sesosok pria yang baru saja jadi suami tidur disebelah kita.

Kak Cakra menghembuskan napasnya, mungkin karena terlalu lelah di acara resepsi tadi. Sama juga denganku, aku juga lelah berdiri sampai berjam-jam untuk menyalami para tamu, lelah sekali rasanya, sangat malah. "Aku capek, mau istirahat. Kamu juga tidur gih," lanjutnya seraya menutupi mata dengan lengan kanannya.

Aku langsung mengangguk, karena mataku juga sudah tidak bisa diajak kompromi, sudah sangat mengantuk, tetapi aku mengingat sesuatu, ini beneran tidur? Ini istrinya nggak mau di grepe-grepe dulu gitu? Kukira akan seperti malam pertama yang ada di novel yang sering kubaca, ternyata ... ah, ya sudahlah, lebih baik tidur saja untuk mengisi tenaga agar besok bisa bangun pagi.

"Yaudah deh, mari kita turu!" seruku dengan semangat. Langsung kutarik selimut sampai batas leher, aku juga tidur agak menjauh dari kak Cakra. Takut nanti khilaf kalau dekat-dekat, kan bahaya, nanti aku dicap mesum oleh suami sendiri.

Kak Cakra hanya membalas dengan gumaman kecil saja, mungkin dia sudah tidak sanggup lagi untuk mengeluarkan suara.

Baiklah, mari beristirahat. Semoga saja tidurku tidak nyenyak malam ini. Perlahan-lahan aku memejamkan mata, kalau biasanya aku akan mematikan lampu kamar, kali ini kubiarkan terang. Kalau sedang lelah seperti ini mau pakai lampu seterang apapun pasti akan tertidur juga.


🌻🌻🌻

Halo👋
Ini cerita ke tiga yang aku buat. Rajin banget, kan? Wkwk.

Lanjut, nggak?
Lanjut aja deh, ya? Aku udah bikin banyak draft soalnya.

Kritik dan saran dipersilakan..

Jangan lupa vote dan komennya..

Follow akunku juga, ya Pacarnyajekey

Jodoh itu, Ketuk Pintu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang