Hai, selamat malam..
Sebelum mulai baca vote dulu yuk. Kasih komennya juga, ya. Biar aku semangat updatenya😉
🌻🌻🌻
Malam ini keluarga Kak Cakra akan datang kembali untuk lamaran resmi, katanya. Tadi siang selepas makan siang bersama, Kak Cakra dan kedua orang tuanya kembali ke hotel untuk beristirahat. Bundaku sudah menawarkan agar orang tua Kak Cakra Istirahat di rumahku saja. Namun, kata mamanya kak Cakra takut merepotkan. Jadi, mereka lebih memilih untuk istirahat di hotel saja.
Saat ini aku sedang duduk di depan meja rias untuk memoles wajahku dengan sedikit make up. Kata bunda, yang hadir di acara lamaran ini hanya keluarga inti saja. Ya iyalah, hanya acara lamaran saja kok bukan acara pernikahan.
"Dara, udah selesai, Nak?" Aku melihat dari pantulan cermin Bunda berdiri diambang pintu dengan senyum yang manis. Pasti Bunda sangat senang karena putri sulungnya sebentar lagi akan sold out.
"Bentar, Bun. Ini tinggal pake lipstik doang kok," balasku, membuat Bunda mengangguk.
"Yuk, cepetan. Cakra sama orang tuanya udah dateng tuh." Setelah Bunda mengatakan itu, jantungku berdetak dua kali lebih kencang. Gugup? Ya pastilah, siapa yang tidak gugup kalau tau mau dilamar?
"Yuk, Bun. Dara udah selesai nih," ucapku sambil berdiri sambil merapikan dress-ku.
Ah, iya. Tadi sore Bunda menyuruhku untuk memakai kebaya. Tapi, karena menurutku terlalu ribet, jadilah aku hanya memakai midi dress polos berwarna salem ini.
Bunda menggandeng tanganku keluar dari kamar. Ya ampun ini jantungku kenapa semakin kencang saja berdetaknya? Perutku juga melilit sekali rasanya.
"Kenapa?" Ah, sepertinya Bunda merasakan keresahan putrinya ini.
"Perut Dara melilit, Bun," jawabku, Bunda malah terkekeh setelahnya.
"Kenapa sih, Bun? Anaknya sakit perut malah diketawain," balasku dengan sedikit sewot.
Bunda memegang bahuku, "Itu biasa, Nak. Tenang aja, rileks, ya." Memang sih, kalau gugup aku akan sakit perut. Ya sudahlah, aku akan mencoba untuk sedikit rileks walaupun sulit.
Kami sampai di ruang tamu, kulihat di sana sudah ada Ayah yang duduk bersama Kak Cakra dan kedua orang tuanya. Aku duduk disebelah Ayah, Bunda duduk di sebelahku. Aduh, kenapa makin kesini aku semakin gugup, ya?
"Malam semuanya," sapaku dengan suara seperti cicitan tikus. Mungkin saking gugupnya suaraku pun ikut mengecil.
"Malam, Dara. Cantik banget kamu," balas Mamanya Kak Cakra yang sebentar lagi akan menjadi Mamaku juga.
"Makasih, Ma," balasku malu-malu. Padahal dalam hati ingin berteriak senang karena dipuji cantik oleh calon mertua sendiri.
Kami berbincang-bincang sebentar sebagai bentuk pemanasan. Tidak mungkin langsung to the point ke acara lamaran, kan? Kalau aku siap-siap saja sih.
"Acaranya bisa kita mulai sekarang?" ujar Papa Kak Cakra. Oh, ya ampun. Jantungku rasanya mau keluar saking kuatnya berdetak.
"Boleh-boleh," sahut Ayahku. Ayahku sih manut-manut saja apa yang diucapkan oleh sahabat yang sebentar lagi akan menjadi calon besannya itu.
"Sebenarnya kedatangan kami disini sudah bisa ditebak untuk apa. Tapi, biarlah saya menjelaskan lagi maksud kedatangan kami ke rumah Pak Sofyan ini." Aku menarik nafasku, gugup ku bertambah parah saat mata ini tak sengaja bertemu tatap dengan mata Kak Cakra. Ah, dia sangat tampan dengan batik lengan panjang yang dikenakannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh itu, Ketuk Pintu! [TAMAT]
Romansa[1] Dara masih 23 tahun, tetapi kerabat dari ibunya selalu menanyakan kapan dia akan menikah, padahal orang tuanya saja tidak pernah merecoki Dara soal pernikahan atau apapun itu. Kejadian itu bermula di saat arisan keluarga dari pihak ibunya. Sang...