[1]
Dara masih 23 tahun, tetapi kerabat dari ibunya selalu menanyakan kapan dia akan menikah, padahal orang tuanya saja tidak pernah merecoki Dara soal pernikahan atau apapun itu.
Kejadian itu bermula di saat arisan keluarga dari pihak ibunya. Sang...
Samar-samar aku mendengar suara Adzan dari Mushola masuk ke dalam telinga ku, rasa kantuk kali ini sangat mendominasi, sepertinya aku akan melanjutkan tidurku lagi, katakanlah aku manusia paling berdosa, tapi kali ini aku benar-benar mengantuk sekali. Membalik badan ke arah kiri dengan mata yang masih terpejam, meraih guling untuk ku peluk. Namun kali ini ada yang aneh dengan gulingku, sepertinya dia bertambah besar dan ... keras?
Pelan-pelan kubuka mataku, lengket sekali, sepertinya mata ini tak mau terbuka. Ku kerjapkan mataku agar bisa menyesuaikan dengan cahaya yang ada di kamarku walaupun sedikit remang-remang. Pandanganku lurus ke depan, sepertinya ada yang aneh, kuraba benda aneh yang ada dihadapanku. "Kok kayak rambut?" gumamku pelan.
Karena rasa penasaran yang membumbung tinggi, aku menyalakan lampu tidur yang ada di nakas yang berada di samping tempat tidur. Saat lampu menyala barulah aku bisa melihat seseorang yang awalnya kukira guling itu. Awalnya aku akan menjerit, lalu kemudian langsung teringat dengan apa yang terjadi semalam. Ya, aku sudah menikah, pantas saja di sebelahku sekarang ada seorang laki-laki yang sedang terlelap.
Adzan telah selesai dikumandangkan, buru-buru aku membangunkan Kak Cakra. Sebagai seorang muslim yang taat, aku harus mengerjakan segala perintah-Nya. Awalnya aku hanya menggoyang-goyangkan lengan Kak Cakra, tapi sepertinya cara itu kurang efektif karena bukannya bangun, Kak Cakra malah membalik badannya memunggungiku.