Halo👋
Aku emang gabut banget update tengah malam :v
Btw, sebelum baca vote dulu ya.
Jangan lupa komen juga, biar aku semangat updatenya. Kalo ga mau komen panjang-panjang cukup komen pake emot purple love aja
💜💜💜
🌻🌻🌻
Hari ini adalah hari yang paling kutunggu-tunggu. Di hari sabtu pagi ini, sebentar lagi aku akan menjadi istri sah dari Cakra Byantara, pria tampan yang baru kukenal kurang lebih sebulan yang lalu. Sebenarnya akupun tak menyangka bahwa hari ini akhirnya tiba juga.
Mulai sekarang, kalau pergi ke pernikahan teman maupun saudara tak akan ada lagi yang memberi pertanyaan "kapan nikah?" mungkin pertanyaan itu akan berganti dengan "kapan punya anak?" sepertinya pertanyaan kapan ini, kapan itu tak akan pernah berakhir sampai kapanpun.
Cuaca pagi ini cukup cerah, padahal tadi malam hujan mengguyur daerahku dengan sangat derasnya, tetapi syukurnya pagi ini cuaca cukup cerah.
"Udah selesai," ucap Mbak Indah, MUA yang merias wajahku hari ini.
"Cantik banget Dara hari ini, muka kamu fresh banget. Mungkin seneng bentar lagi jadi istri, ya?" goda Mbak Indah, yang membuat mukaku bersemu merah karena malu.
"Ih, Mbak Indah mah," balasku malu. Mbak Indah hanya terkekeh sembari kembali membenahi rambutku.
Untuk akad aku memakai kebaya berwarna putih dengan bawahan kain songket khas melayu. Kemudian untuk hiasan kepala aku memakai penutup kepala khas batak simalungun, yang disebut Bulang. Kemudian Mbak Indah menyampirkan kain yang lumayan panjang di bahu sebelah kananku, kain itu biasa disebut Suri-suri.
Kata Bunda, Kak Cakra juga akan memakai —Gotong— penutup kepala batak simalungun untuk laki-laki. Keluarga Bundaku adalah orang Batak Simalungun, sedangkan keluarga Ayahku orang Melayu. Itulah kenapa aku memakai kain songket dan juga hiasan kepala khas Batak, biar adil kalau kata Bunda.
"Ini udah selesai, kan, Mbak?" tanyaku pada Mbak Indah.
"Udah. Kenapa, Dara?" Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Keluarga Kak Cakra sudah tiba di rumahku, aku tahu karena bisa melihat lewat layar di depanku yang menampilkan keadaan di teras rumahku.
Sebelum kata "Sah" dilontarkan semua orang, aku hanya duduk di dalam kamar saja bersama Mbak Indah. Tadi Clara, temanku mengajar di TK juga datang, tetapi dia sedang ke kamar mandi.
"Acara udah mau dimulai tuh, Dar." Suara Clara mengagetkan aku yang sedari tadi fokus menatap layar Televisi di depanku.
Aku gugup? Tentu saja. Siapa sih yang tidak gugup saat hari pernikahannya. "Dingin banget tangan kamu," ledek Clara. Aku hanya membalas dengan cubitan kecil di lengannya, tak sanggup membalas dengan kata-kata.
"Rileks. Tarik nafas, tahan, tunggu sampe tiga menit," lanjut Clara sambil terkekeh.
"Sialan banget," balasku sambil menggeplak lengannya. Kalau ditahan sampai tiga menit bisa-bisa aku log out dari dunia ini.
Suara penghulu sudah terdengar dari layar di depanku. Fokusku hanya pada satu orang di sana, Kak Cakra sangat tampan kemeja putih dan jas hitam. Untuk celananya aku kurang tau, karena aku tak bisa melihatnya.
Penghulu membacakan khutbah nikah, aku di kamar mendengarkan setiap kata yang terlontar dari mulut beliau.
Setelah khutbah nikah selesai dibacakan, aku tetap duduk sembari menatap layar di depanku lagi. Jari-jariku makin dingin karena gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh itu, Ketuk Pintu! [TAMAT]
RomansaDara masih 23 tahun, tetapi kerabat dari ibunya selalu menanyakan kapan dia akan menikah, padahal orang tuanya saja tidak pernah merecoki Dara soal pernikahan atau apapun itu. Kejadian itu bermula di saat arisan keluarga dari pihak ibunya. Sang tant...