Hai...Sebelum mulai baca vote dulu yuk
🌻🌻🌻Di minggu pagi yang tak seberapa cerah ini, rumahku sudah seperti pasar saja. bunda yang dari tadi sibuk meneriaki Kia karena belum bangun, adikku itu memang sangat susah bangun pagi, aku menjulukinya putri tidur karena setiap tidur dia seperti simulasi menjadi orang mati.
Lain lagi dengan Ayahku yang duduk aman dan tentram bersama koran kesayangannya di depan TV yang dinyalakan. Entah apa fungsi dari TV yang dinyalakan kalau Ayahku malah membaca koran. Dia tak akan peduli dengan keadaan sekitarnya. Lain Ayahku lain juga dengan adik lelakiku, dia memang bangun cepat di pagi hari. Namun, dia akan fokus pada game-nya hingga matahari berada di atas kepala.
"Dara! Kamu juga cepat siap-siap. Kenapa malah melamun disitu." Yang berteriak itu Bundaku—Yunita—istri Ayahku satu-satunya dan belum ada rencana untuk tambah istri lagi, itu kata Ayahku.
Hari ini kami akan menghadiri acara arisan keluarga dari Bundaku. Sebenarnya bukan acara wajib untuk dihadiri, hanya saja Bundaku mengomel jika anak-anaknya tidak ikut, padahal di sana aku hanya planga-plongo saja.
"Kamu bangunin si Kia dulu. Capek banget mulut Bunda dari tadi teriak-teriak," sungut Bunda sambil menggaruk rambutnya yang terlihat seperti rambut singa jantan, mekar.
Aku berjalan ke arah kamar adik bungsuku itu, mengetuk pintunya walaupun tidak berguna karena yang punya kamar belum bangun. Jadi, aku langsung masuk ke kamarnya. "Kia! Bangun! Mandi. Udah siang nih, ntar kamu disiram lagi sama bunda baru tau rasa." Ya, Kia pernah disiram pakai segayung air oleh bundaku.
Sebenarnya dulu aku pun pernah mendapatkan hal serupa saat masih SMA. Bunda kami itu sebelas dua belas dengan komandan militer, galak.
"Iya, Kak. Nanti Kia bangun." Suara Kia terdengar serak dari balik selimut yang ia pakai. Baiklah, tidak ada gunanya menunggu Kia bangun, lebih baik aku siap-siap saja.
"Kamu iya-iya doang. Dari tadi juga nggak bangun-bangun." Setelah mengatakan itu, aku langsung keluar dari kamar Kia menuju kamarku. Lebih baik aku mandi dan siap-siap terlebih dahulu, daripada diomelin oleh kanjeng ratu nantinya.
Tiga puluh menit kuhabiskan untuk mandi, itu waktu yang lumayan lama karena biasanya aku hanya mandi sekitar lima belas menit saja. Aku mengambil hair dryer untuk mengeringkan rambutku yang setengah basah ini. Selesai mengeringkan rambut, aku beralih untuk menggunakan skincare rutinku sebelum memoles make-up tipis di wajahku ini.
Untuk pakaian aku memakai midi dress bermotif floral. Rambut? Aku biarkan saja terurai, karena rambut sebahu sedikit susah untuk ditata.
Saat aku keluar dari kamar, Ayah, Bunda kedua adikku sudah duduk di sofa. Perasaan tadi aku yang pertama bersiap-siap, tapi kenapa aku menjadi yang terakhir siap? Ah, sudahlah.
"Lama banget," sungut Faizan, adik laki-lakiku.
"Perasaan gak sampe dua jam deh," balasku.
"Iya, gak sampe dua jam. Tapi, satu jam lebih 59 menit," celetuk Kia yang sedari tadi fokus menatap ponselnya.
"Yaudah, kita pergi sekarang, yuk." Suara merdu milik Bundaku menghentikan aku yang akan membalas ucapan adikku itu.
***
Kami pergi mengendarai mobil Pajero putih milik ayahku yang baru dibelinya enam bulan lalu. Acara arisan kali ini diadakan di rumah Tante Atika, adik bundaku. Bundaku hanya tiga bersaudara. Kakaknya bunde Linda, kemudian bundaku, yang terakhir adalah tante Atika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh itu, Ketuk Pintu! [TAMAT]
Romance[1] Dara masih 23 tahun, tetapi kerabat dari ibunya selalu menanyakan kapan dia akan menikah, padahal orang tuanya saja tidak pernah merecoki Dara soal pernikahan atau apapun itu. Kejadian itu bermula di saat arisan keluarga dari pihak ibunya. Sang...