Tolong, ya, tolong banget. Kalau baca jangan diskip-skip. Tolong baca keseluruhannya, dari bab awal sampai akhir. Narasinya juga baca. Jadi kalian gak bakal nethink atau nanya2 ini ceritanya mirip ini, mirip itu. Ikutin juga aturan yang udah aku dan AnandaRyu buat ya, ini udah kita tulis di bab awal.
Cerita ini banyak terinspirasi dari beberapa anime, gak keseluruhan, cuma beberapa tema dan keseluruhan beda. TERINSPIRASI YA. Ini udah aku dan AnandaRyu akui dari awal sebelum bab prolog. Sok monggo dibaca lagi dari chapter awal dan sekali lagi mohon patuhi peraturan yang kita buat. Ikuti terus ceritanya sampai tamat. Kalo menurut kalian plagiat, tolong tegor kita.🙏
👑👑👑
"Kanya, lo yakin mau ikut?" tanya Mahesa. "Lo juga kalau ketahuan mampus di tangan Nata. Dua kali lipat.”
Kanyasa yang berjalan di depan menoleh ke belakang, menyeringai pada Mahesa. "Aman. Gue nggak bawa hp. Pasti Nata pikir gue ada di apartemen."
"Good girl," sahut Arjuna, entah memuji atau bahkan mengejek.
Hiro yang sedari tadi menyimak obrolan ketiga temannya mengamati sekitar, jalanan gelap hanya diterangi lampu remang-remang yang jaraknya tiap sepuluh meter, itu pun ada beberapa yang mati. Tiap sisi jalan terdapat pohon dan jalanan ini benar-benar kosong. Tapi untuk jaga-jaga, mereka berjalan di tepi jalan, bersembunyi di antara semak dan pepohonan.
"Lo yakin di sini tempatnya?" Mahesa bertanya kembali, memecah keheningan.
Sekitar dua puluh menit sudah mereka keluar dari Imperium, tapi mereka belum menemukan hal yang Arjuna katakan soal battle yang akan terjadi di sekitar sini.
"Yakin. Gue udah denger suara-suara," jawab Arjuna yang memandu jalan di depan, menajamkan pendengaran.
"Gue baru tau cara ngerebut Bidak King bisa pake cara kayak gini," celetuk Kanyasa mengeluarkan isi pikirannya.
"Dengan cara apapun," sahut Hiro. Membuat Kanyasa yang sedang berpikir meluruskan kepala ke arah Hiro yang berjalan di depannya.
"Tumben lo nyaut. Biasanya--" perkataan Kanyasa terpotong oleh suara lain.
"SIALAN LO ANJING!"
Mereka berempat otomatis langsung merendahkan tubuh, berjalan cepat bersembunyi di balik semak-semak. Mereka sampai, tak jauh dari mereka dua kubu saling berhadapan. Dengan benda tumpul seperti balok bambu dan tongkat baseball berada di tangan mereka membuat Kanyasa bergidik sendiri.
"Kata lo, anak-anak Hetairoi pake jaket abu, kan?" tanya Mahesa kembali memastikan.
Semuanya sama memakai topeng, yang membedakan setiap kubu ada ciri khas dari mereka. Pasukan yang berada di arah barat mengenakan kaus pendek hitam sedangkan di arah timur memakai jaket abu.
"Iya. Gue liat anak-anak Hetairoi dua hari lalu di parkiran sekolah, tiga dari mereka pakai jaket abu-abu. Sama kayak pasukan di arah timur." Arjuna menjelaskan seraya menunjuk.
Untuk kesekian kalinya dibuat terkejut, empat orang itu menyaksikan bagaimana sengitnya pertarungan Hetairoi dengan sekolah lain demi Bidak King. Ternyata benar apa yang dikatakan Arjuna, Hetairoi benar-benar melakukannya. Pertarungan liar benar-benar di mulai, di depan mata mereka.
Kedua kubu saling serang. Melayangkan benda tumpul yang mereka bawa ke sembarang arah, yang penting benda itu mengenai lawan. Pertarungan tangan kosong juga terjadi. Saling pukul, saling tendang. Segala teknik bela diri dikeluarkan. Ada pula penyerangan secara pengeroyokan melawan satu orang. Terkesan curang, tetapi dalam pertempuran liar tidak ada peraturan yang terlalu mengikat. Kemenangan diutamakan, bagaimana pun caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Battle Of Imperium School (SUDAH TERBIT)
Novela Juvenil( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) Imperium School bukan sekadar sekolah biasa, bukan sekadar tempat mencari ilmu melalui mata pelajaran, tetapi Imperium School lebih 'liar' daripada itu...