BAB 63 : Nightmare (1)

6.6K 1.1K 101
                                    

Novel The King sisa 5 pcs

Harga 100.000+ongkir=

Pengiriman dari Jakarta Timur, via J&T

Pemesanan bisa chat ke nomo +62 838-2203-8754 🥰🔥

👑👑👑

Bangunan yang sangat besar hingga tak terprediksi keluasannya tersebut memiliki dinding yang keseluruhannya bercat putih. Tidak bertingkat, tetapi berlorong-lorong. Banyak ruangan di setiap lorong dengan jarak yang cukup jauh. Sepanjang lorong, terbuka jendela besar memunculkan pemandangan yang terlihat seperti hutan, banyak pepohonan tinggi dan besar di sekitar. Mungkin bangunan ini dibangun di tengah hutan, hingga nampak seperti aquarium.

Kemudian setiap ruangan memiliki fungsi yang berbeda dan di dalam ruangan seluruh dinding lagi-lagi berwarna putih dan tidak ada jendela besar seperti di lorong, benar-benar tertutup tanpa ventilasi. Hanya terdapat AC hingga hawa dingin di dalam ruangan mampu membuat tubuh menggigil.

Di ruangan yang bisa disebut sebagai aula--lantaran memiliki keluasan yang paling menonjol dibanding ruangan lain--berkumpul anak kecil berusia sekitar lima sampai sepuluh tahun yang disejajarkan membentuk barisan. Anak laki-laki dan perempuan terpisah. Setiap anak dibedakan atau dikategorikan dari warna piyama yang mereka pakai.

Kuning, hijau, dan putih.

Tidak ada yang tahu nama anak-anak tersebut. Satu-satunya identitas dari anak-anak tersebut hanya lah kalung rantai dengan liontin kotak berbahan besi bertuliskan angka. Mereka tidak dikenal dengan nama, melainkan dengan urutan angka.

Dia adalah bagian dari anak-anak tersebut. Piyama yang dikenakannya berwarna putih, kalung rantai kecil-kecil dengan liontin kotak berbahan besi miliknya bertuliskan angka tiga puluh.

Terkadang ia bisa terjaga berhari-hari menahan kantuk. Terkadang juga, ia sendiri tidak sadar apakah pernah ia tertidur selama berada di dalam bangunan ini atau tidak. Setiap kali ia membuka mata tanpa tahu berapa lama terpejam, ia akan berada di dalam ruangan seperti kamar tidur. Lalu tiba-tiba pintu terbuka otomatis ke samping. Tiga orang berjas putih dengan wajah tertutup topeng datang, menatapnya tanpa ia tahu ekspresi apa yang sedang mereka buat. Membawanya keluar. Tidak ada paksaan. Seingatnya, ia akan selalu jalan mengikuti langkah ketiga orang dewasa berjas tersebut.

Dia menjuluki orang-orang dewasa berjas putih yang menggunakan topeng di dalam bangunan ini sebagai monster. Karena memang seperti itu lah mereka. Monster tanpa perasaan.

Setiap kali langkahnya melewati lorong, akan ia sempatkan diri menoleh ke kiri, sejenak memandangi keindahan hutan belantara. Hingga memunculkan keinginan kuat mencapai kebebasan. Dia ingin berada di luar, ingin merasakan angin yang menggoyangkan dedaunan pohon, ingin merasakan rumput-rumput hijau di bawah telapak kakinya.

"Cepat."

Suara berat yang terhalang topeng membuatnya tersentak sadar dari mimpinya akan kebebasan. Monster itu mendorongnya masuk ke dalam ruangan.

Berapa lama ya ia sudah berada di sini? Entah, tidak ingat. Semuanya semakin mengabur selama berada di dalam bangunan ini. Termasuk emosinya. Jika diawal hari-harinya menjadi penghuni bangunan ini dipenuhi rasa takut, sakit, marah, sedih dan kebencian. Maka sekarang, ia sudah tidak merasakan apa-apa lagi.

Ketika pisau-pisau, jarum-jarum atau ketika ia jatuh dari ketinggian pun, ia tidak merasakan sakit. Hanya darah yang berceceran, hanya tulang yang patah. Hanya tersisa kehampaan.

Dia bahkan hanya akan menatap datar anak-anak lain yang sedang meregang nyawa di dekatnya. Tidak bersimpati atau berkeinginan menolong.

Kesehariannya di dalam bangunan ini selalu sama. Ditenggelamkan ke air dengan batas waktu yang akan lebih lama dari hari sebelumnya, dipaksa makan meski mengantuk atau kenyang, membaca puluhan buku dalam beberapa jam, menulis isi buku yang sangat tebal tanpa mencontek ke buku aslinya, mengikuti kelas pembelajaran dimana salah satu monster berperan sebagai mentor. Mengerjakan ratusan soal dengan batas waktu yang ditentukan. Dan tubuhnya diperiksa oleh alat-alat medis. Tapi dibandingkan menggunakan kata diperiksa, ia lebih merasa monster-monster tersebut sedang menggunakan tubuhnya untuk ilmu pengetahuan atau percobaan.

The King : Battle Of Imperium School (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang