Novel The King aku lebihin cetaknya.
Jadi masih bisa dipesan ya.
Harga 100.000+ongkir=
Pengiriman dari Jakarta Timur, via J&T
Pemesanan bisa chat ke nomo +62 838-2203-8754 🥰🔥
👑👑👑
Untuk ujian kelas bulan ini, 10-4 berada satu grup dengan 10-8. Tidak ada kecurangan seperti sebelumnya. Semua murid mengerjakan ujian dengan segenap kemampuan mereka. Jatuhnya Legion bulan lalu benar-benar menjadi pukulan berat yang membuat para pilarnya banyak berdiskusi dan mengkaji cara paling efisien menjaga kestabilan kelas. Mungkin mereka bisa mengembalikan keadaan dan berada satu tingkat lebih tinggi. Namun jika mereka terlalu terlena oleh pencapaian, mereka tidak akan sadar bila untuk jatuh kembali sangat lah mudah.
Seperti makan, jika berlebihan akan kekenyangan hingga menyebabkan sakit perut atau terkena suatu penyakit. Begitu pun dengan kemenangan, jika terlalu menyorot kepuasan, bisa berakibat fatal akan penurunan kewaspadaan.
Ketegangan merupakan ciri khas dari setiap murid yang mengikuti ujian. Sekalipun menggunakan istilah belajar mati-matian pun, sensasi tegang tidak mampu mereka singkirkan. Mereka cukup sadar bila semua murid di Imperium School memiliki kecerdasan di atas rata-rata murid sekolah pada umumnya. Bukan hanya kecerdasan saja, tingkat logika, verbal-linguistik, gerak-kinestetik, intrapersonal, interpersonal, eksistensial, dan kemampuan bela diri mereka jauh di atas murid pada umumnya. Seolah-olah mereka telah dipahat sempurna dan disediakan untuk masuk Imperium School. Oleh karenanya persaingan setiap individu murid sangat kuat dan kentara.
Terdengar konyol, tetapi begitu lah murid Imperium School. Mereka terpilih, mereka mampu, mereka pantas, dan mereka sempurna.
Masih di tengah berlangsungnya ujian. Murid 10-4 menyembunyikan ketegangan lewat wajah yang tenang, yang padahal jantung mereka berdegup kencang dengan kedua tangan mendingin diserang cemas.
"Kenapa soalnya susah banget? Padahal yang buat soal 10-8. Gue sama sekali nggak tau tentang sejarah WEI," Dwiki bergumam, kebingungan membaca soal ujian.
Di lain sisi, Yuri menyempatkan diri menoleh ke samping, ia menemukan Felix sedang membeku menatap soal ujian. Wajahnya murung, pucat pasi. Sepertinya bukan hanya ia yang merasa soal ujian sangat sulit. Namun murid lainnya pun berpikir yang sama sepertinya.
Waktu ujian pun dinyatakan selesai beberapa menit kemudian. Semua murid mengumpulkan kertas ujian mereka dan keluar dari ruangan dengan tenang.
"Gila, gila, gila. Soalnya gila, susah banget!" terdengar suara keluhan yang memekik cempreng dari Arjuna. Laki-laki bertampang brandal itu duduk di lantai, bersandar lelah.
"Makanya belajar, bodoh!" Kanyasa berdiri di depan Arjuna, memukul kepala laki-laki itu dengan buku.
"Gue nggak butuh belajar, gue butuhnya kunci jawaban," jawab Arjuna.
"Kalau nilai lo di bawah KKM, gue orang pertama yang menyarankan diri lo buat di-DO," ketus Nataraja pedas.
Arjuna menghela napas, mendengar ancaman Nataraja semakin menyusutkan semangat dalam dirinya. "Teman jahat lo! Nggak berprikemanusiaan."
Danuraja ikut duduk di samping Arjuna, menyelonjorkan kaki. "Gimana, Jun? Bisa lo ngerjain soalnya?" tanyanya tersenyum.
"Gue angkat tangan. Kalau nilai gue di bawah KKM, gue bakal sujud di depan Hesa sama Nao buat minta poin pribadi mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Battle Of Imperium School (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) Imperium School bukan sekadar sekolah biasa, bukan sekadar tempat mencari ilmu melalui mata pelajaran, tetapi Imperium School lebih 'liar' daripada itu...