𝐒𝐈𝐍𝐎𝐏𝐒𝐈𝐒

149 22 1
                                    

Happy reading....

Ada sebuah kalimat yang menyatakan 'kamu adalah peran utama dalam cerita hidupmu sendiri. Tapi, berbeda dengan gadis bernama lengkap Aylla Ayudia Pradipto. dia menganggap dirinya hanya berperan sebagai sampah dicerita hidup orang lain.

Kehidupannya beberapa tahun ini, bagaikan sebuah angin yang lewat dimalam hari. Berjalan dengan keadaan sunyi.

Dia merupakan anak ketiga dari pernikahan kedua orang tuanya, Wahyu Pradipto dan Nayaka Ayuni Pradipto. Jika orang bilang ibu adalah orang yang akan selalu menyayangi, melindungi, dan sebagainya? Aylla pasti akan sangat menolak keras. Karena hubungannya dengan ibunya tidaklah baik. Dijelek jelekan, dibeda bedakan, dimusuhi? Sebuah perlakuan yang sering ia dapat berada ditempat yang sama. Oleh karena itu, akan lebih baik jika dia menghindar dari pada harus mendengar cemohan yang membuat hatinya terasa sakit.

Saat kecil Aylla hanyalah seorang gadis kecil yang senang bermain seperti anak anak kecil pada umumnya. Bermain dengan kakak laki laki sulungnya, adalah sebuah kenangan yang paling menyenangkan dan juga menyakitkan. Agam Pradipto, pria yang kini sudah menjabat sebagai kapten pilot itu, memberikan sebuah ketakutan dan juga Trauma untuk hari harinya setelah dia melewati beberapa hal dimasa kanak kanaknya.

Aylla merindukan Agam yang dulu. Kakak laki laki yang selalu menjadi orang yang paling dekat, orang yang selalu menjadi tujuan dia melangkah. Berbeda dengan Agam yang sekarang. Jauh, Dingin, sifatnya berbanding balik dengan Agam yang dulu. Jangan salahkan dirinya yang juga menampilkan sifat dingin, anti sosial, sama dengan pria itu.

Seperti kalimat diatas, Agam adalah tujuan ia melangkah. Walau dia anak yang berprestasi disekolah, Aylla menganggap itu hanya sebuah pemanasan. Atau sebuah ilusi? Angan angannya jika suatu saat nanti Agam benar benar menyuruhnya untuk melangkah. Aylla membiarkan Raganya berjalan sesuai takdir yang sudah ditentukan tuhan.

Nyatanya, hatinya masih saja berada digaris Start. Tidak berani melangkahkan kaki kedunia luar. Kadang dia merendungi kata kata Agam saat tengah berbincang dengan rekannya, Wirya. Apakah benar yang di bilang kakak laki lakinya itu jika,

"Pada kenyataannya sebuat pertemuan akan kembali dengan perpisahan. Jadi, lebih baik jangan pernah menganggap orang itu berharga, jika tidak ingin merasakan sakit saat orang itu tiada."

Bisakah kalimat itu juga ia sangkut pautkan dengan dirinya? Dulu ia mengagap Agam sangatlah berharga. Dan perlahan rasa sakit itu benar benar muncul saat laki laki itu perlahan menjauh, meninggalkannya.

3 tahun ia sempat menetap disebuah pondok pesantren didaerah semarang. Bersama kakak perempuannya, Azzilla yang kini sudah menikah dengan keponakan dari pemilik pesantren tersebut, dan tetap menetap disana sebagai guru.

Setelah 3 tahun itu, Aylla memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di SMA. Saat itu, jelas kedua orang tuanya menolak.

"Kamu itu, seorang anak perempuan. Untuk apa bersekolah disini? Sudah bagus bapak memasukan kamu dipesantren yang sama dengan mba Zilla. Liat sekarang, mba Zilla dapat suami yang ilmu agamanya tinggi. Apa kamu tidak mau seperti itu? Berpikirlah secara luas, Aya. Mau jadi apa kamu, jika bergaul dengan anak anak yang bersekolah yang hanya mempelajari materi?" jelas Wahyu pada waktu itu heran. Aylla hanya menunduk, mencermati setiap kata yang diucapkan wahyu dengan tatapannya yang terus menunduk.

Entah dari mana keberanian itu muncul. dia justru membantah pernyataan Ayahnya itu."Sekarang Aya tanya. Apa sebegitu sibuknya kalian, hingga tidak bisa mengajar anak perempuanya sendiri dan menyerahkannya pada kyai?"

TEMARAM [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang