Happy reading...
"Dua minggu lagi gue ke Amrik. Buat lo pada, gue nitip Aylla ya? Jagain dia, temenin dia, jangan biarin dia kesepian lagi." Aksara menghela napasnya sejenak. "Agak nyesel gue harus ninggalin cewe kesayangan gue. Apa boleh buat? Gue udah janji buat tinggal bareng nenek gue disana, jauh sebelum kenal Aylla."
Tak ada yang menjawab ucapan Aksara. Masing masing memilih bungkam menikmati makan siangnya.
Sudah hampir 1 bulan setelah kejadian malam itu. Dan 1 bulan juga Aylla tidak ikut berkumpul bersama mereka. Suasananya masih sama, walau terkadang mereka lebih banyak diam saat berkumpul. Sebentar lagi, masing masing dari mereka akan melanjutkan pendidikan ditempat yang berbeda beda. Aksara yang harus terbang ke Amerika, Alfan dan Jihan kuliah di korea seperti cita cita mereka. Tersisa Erick, Ekal, dan Aylla yang menetap. Hanya saja mereka bertiga pun tidak satu kampus. Ekal dan Aylla memilih berkuliah diJogja, sedangkan Erick tetap diJakarta.
"Lo ngomong gitu mulu, seakan akan gue bukan orang ya, Sar? Aylla sepupu gue, dan gue berusaha tetap disamping dia. Insyaallah dia aman kok. Fokus aja sama pendidikanmu di luar negeri," balas Ekal setelah hening beberapa saat.
Tampak Aksara mengubah posisinya, menghadap Ekal disampingnya.
"Sorry, Kal. Selama ini gue terlalu berlebihan. Semenjak kenal Aya, gue merasa kebahagiaan gue ada di dia," jelas laki laki itu. Ekal yang mendengar berdehem setelah meneguk Es Lemonnya.
"Keliatan jelas kan, Al? kita selama ini gak pernah keliatan dimatanya si kunyuk." Alfan mengangguk sambil mengunyal makananya. "Biasalah. Cinta itu membawa pengaruh besar. Mau buruk baiknya cinta, sekuat kuatnya seserem seremnya cowo kalo udah kenal cinta juga pasti lemah. Tolol banget," balasnya menekan.
"Namanya juga hidup, Fan. Kadang dibawah kadang diatas. Allah menghendaki takdirnya itu adil untuk setiap makhluknya. Ketika mereka lemah, ada masanya mereka kuat, atau pun sebaliknya. Takdir itu gantian. Enak enggaknya hidup, siapapun pasti merasakannya. Walau datangnya gak barengan."
Keempat cowo tersebut menatap takjub dengan apa yang dikatakan oleh Jihan. Tidak sia sia mereka merekomendasikan untuk gadis itu untuk mempelajari tentang Agama. Terlihat, dia sudah banyak berubah. Pakaiannya pun kini terbilang sopan, walau belum resmi untuk terus memakai hijab, gadis itu lebih sering mengenakan jaket hodie untuk menutupi rambutnya.
"Wih, dah pinter lu. Bakingannya siapa?" celetuk Erick bangga membuat Jihan salah tingkah.
"Ustadz Reza, calon gue Aamiin!" jelas gadis itu cekikikan. Mereka semua pun hanya menggeleng heran. Tapi dalam hati mereka merasa senang melihat Jihan yang sekarang.
"Bentar. Kadang dibawah kadang diatas? Sorry otak gue ngeres hehe," sambung Aksara menyela, sembari menyengir kuda. Hal itu sontak mendapat toyoran pelan dari Ekal yang kebetulan disampingnya.
"Ye si jamaludin! Istigfar, Sa! Istigfar!"
"Perumpamaannya menghadeh, Ji. Penafsirannya terlalu luas buat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMARAM [Selesai]
أدب المراهقينHidup selalu bertahap. Terkadang manusia mengalami hal ini terlebih dahulu Untuk melanjutkan hal yang orang lain rasakan. Seperti yang dirasakan gadis bernama lengkap Aylla Ayudia Pradipto, seorang remaja SMA sudah harus merasakan jauhnya dia dari o...