# 34. 𝐃𝐢𝐚 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦?

17 6 1
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading...

Sudah dikatakan waktu memang berjalan dengan cepat. Ada saatnya untuk bertemu, ada saatnya pula untuk berpisah. Seperti yang kini sedang Aksara lakukan bersama teman temannya. Hari ini adalah hari terakhir untuk Aksara bersama mereka. Remaja itu akan melanjutkan pendidikannya diluar negeri. Sulit memang. Apa lagi Aksara harus berpisah dengan Aylla, yang kini sedang dalam masa pemulihan.

Andai saja ia bisa menghambiskan waktu lebih lama bersama gadis itu.

Tapi tak apa. Setelah selesai mengejar pendidikannya dinegeri orang, Aksara akan kembali. Dan saat itu juga, dia akan memilih untuk tetap bersama gadisnya. Untuk saat ini, dia hanya berharap Aylla segera sembuh dan pulih. Pulih dari segala rasa sakit yang dirasakannya, fisik maupun mental. Hanya itu saja.

Dengan menyangklong tas hitam dipundaknya, Aksara berjongkok menatap Aylla yang duduk diatas kursi roda sambil tersenyum.

"Jaga diri baik baik, Ay. Gue emang percaya mereka bisa jagain lo, tapi gue lebih percaya lo bisa jagain diri dengan baik. Jangan sakit lagi ya cantik. Soalnya kalo lo sakit, gue gak bisa langsung nengokin. Terus senyum yang sering lo tunjukin ke gue itu, sekarang gue izinin mereka buat liat juga. Cuma, awas aja kalo senyumnya bisa bikin mereka oleng. Gak terima gue." Aylla terkekeh mendengarnya.

Entahlah, sejak dirinya sadar dari koma rasanya melihat wajah Aksara dan melihat tingkah lakunya seakan semua yang dia lakukan sangatlah lucu. Rasanya Aylla tidak ingin menyia nyiakan pertemuan terakhirnya ini. Ada yang mengganjal. Mungkin efek dari kebiasaan dimana ia setiap hari bersamanya, tidak untuk setelah ini. Ia terus meyakinkan hatinya, namun rasanya anhe. Sebenernya rasa mengganjal apakah ini? Bukankah teknologi sudah semakin maju dan orang bisa melakukan vidio call sejauh mungkin?

"Udah ya, Sa? Khawatirnya udahan dulu. Gue gak papa, beneran. Gue bisa jaga diri baik baik. Dan gue janji Aksa, gue gak akan ngelunturin senyum yang udah lo tanam. Mau sakit atau enggak gue akan terus tersenyum. Ibarat kalo gue tanaman, gue akan berbunga dan berbuah. Tanaman kering yang pernah lo rawat itu bisa kembali tumbuh dengan subur. Liat aja, ketika lo balik nanti tanaman lo ini udah sama kaya tanaman tanaman yang dirawat baik sejak awal. Gue gak tau karna apa lo mau mungut tanaman mati ini dan kenapa lo mau ngerawatnya. Seca--"

"Lebih cantik dari tanaman itu." Aylla bungkam saat Aksara menyambar ucapannya. "Akan gue telusuri semua kebun mawar putih. Yang dimana semua mawar itu cantik, gak ada yang gak cantik. tampilannya sama semua. Saat gue nemuin satu mawar yang keliatan kering menarik perhatian gue, sekaligus tempatnya dibagian tengah gerombolan mawar lain pasti gue akan ambil itu walau harus menerabas duri duri dibatang."

Aksara tampak mengubah posisinya menjadi duduk bersila. Dari kejauhan terpantau beberapa orang yang pun berniat untuk mengantarkan Aksara. Namun dalam pikiran, mereka berpikir jika mereka tidak dibutuhkan remaja itu. Pasalnya mereka semua sepeti anak hilang harus menunggu keduanya berbincang dari kejauhan.

TEMARAM [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang