# 24. 𝐂𝐚𝐥𝐨𝐧 𝐦𝐚𝐬 𝐀𝐠𝐚𝐦

17 8 10
                                    

"sᴀʏᴀ ʟᴇʟᴀʜ ᴍᴇɴɢɪᴋᴜᴛɪ ᴀʀᴀʜᴀɴ ᴅɪʀɪ"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"sᴀʏᴀ ʟᴇʟᴀʜ ᴍᴇɴɢɪᴋᴜᴛɪ ᴀʀᴀʜᴀɴ ᴅɪʀɪ"

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠...

"MBA ZILAAA!"

ketiga remaja itu berebut memeluk wanita yang terduga adalah kakak kedua mereka, yang sudah lama tidak mereka temui.

"Masyaallah satu satu dong. Mba gak bisa gerak ini," keluh Azzila terkekeh.
Mereka tidak memdulikannya dan tetap memeluk eratnya. Sudah terlalu lama Wanita itu tidak pulang, hatinya sedikit tergores merasa bersalah menyaksikan antusias adik adiknya dengan masing masing air mata yang keluar itu.

"Mba Zila kapan kesini? Kenapa gak ngabarin? Kenapa gak pulang kerumah?" tanya Ariel menyerocos.

"Sudah sudah. Didalam saja. Tidak baik berdiri didepan pintu seperti ini,"

Mereka mulai memasuki Apartement Agam tanpa melepas pelukannya. Didalam ternyata sudah ada Ustadz Zey, suami dari Azzila dan juga kedua anak mereka. Kedatangan mereka pun disambut dengan senyuman ramah ipar mereka dan keponakan keponakan yang terlihat bingung menyaksikan mereka.

"Duduk dulu, biar mba bikinin minum dulu. Pasti hauskan nangis sesegukan gitu?" pinta Azzila." Aya ikut Mba," sambar Aylla sebelum Kakak perempuannya beranjak. Wanita itu hanya mengangguk sambil tersenyum.

Didapur, Aylla membantu Azzila menyiapkan minuman dan beberapa makanan ringan untuknya dan juga kedua saudaranya. Sebelum itu, kakaknya ingat jika ada sesuatu hal yang tidak boleh ia lihat saat didapur, menyuruhnya untuk menunggu sejenak sampai ia memperbolehkan gadis itu masuk.

"Kapan sampenya mba?"

"Tadi pagi. Niatnya mau kerumah dulu, tapi jarak bandara sama Apartementnya Mas Agam lebih deket. Jadi sekalian aja," jelas Azzila to the poin.

"Bapak sama mama tau?"

"Tau. Tadi sempet telponan juga. Dan katanya malah mau kesini aja mereka."

Aylla mengagguk angguk paham mendengarkannya. Tak berselang lama suara wanita mulai terdengar. Bukan suaranya mau pun suara kakaknya. Tetapi suara itu terdengar saat seseorang keluar dari kamar mandi dibelakangnya. Alisnya terkerut bingung. Siapa wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi itu?

"Maaf Ustadzah. Saya pake kamar mandinya lama."

"Iya tidak apa apa. Oh iya kenalkan ini Aya, adik perempuan saya."

Aylla menatap sekilas Azzila, sebelum beralih menganggukan kepala sopan ke arah wanita itu. "Hallo Aya. Saya Zulaika, santri Ustadzah Azzila," jelas wanita itu ramah. Aylla hanya tersenyum canggung.

TEMARAM [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang