# 31. 𝐏𝐞𝐧𝐜𝐮𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚

25 4 1
                                    

"sᴏʀʀʏ, sʏᴀ, ɴᴇsᴛ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"sᴏʀʀʏ, sʏᴀ, ɴᴇsᴛ. ᴅᴇɴᴅᴀᴍ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀᴛᴀɴᴀᴍ ᴅɪᴅɪʀɪ ɢᴜᴇ ɴɢᴀʟᴀʜᴋᴀɴ ᴘᴇʀsᴀʜᴀʙᴀᴛᴀɴ ᴋɪᴛᴀ ʙᴇʀᴛɪɢᴀ"

Happy reading...

"Coba mas mundurin dikit."

Tampak pemilik tempat makan itu mengutak atik komputernya, melakukan apa yang diminta salah seorang yang kini sedang mengerumuninya.

"Njir, itu kan Even?" ujar Alfan tak percaya apa yang ia lihat dilayar komputer. Lalu remaja itu pun beralih menepuk pundak Aksara yang justru sedari tadi terdiam disampingnya. "Sa, itu Even kan?!" ucapnya memastikan, jika matanya tidak salah melihat. Aksara sama sekali tidak membalasnya. ia justru diam diam mengepalkan tangannya.

"Even culik Aylla?" ujar Erick mengeryit bingung. Ekal maupun Jihan pun tak kalah bingung dari mereka. siapa orang yang dimaksud mereka itu? "Even itu siapa si?" tanya Jihan menatap ketiga temannya.

"kenapa cowo itu culik Aylla?" sambung Ekal tak kalah penasaran.

"Dia itu kakak kelas kita dulu. Intinya dia pernah ditolak Aylla juga. dia sempet dendam, tapi apa mungkin dendam itu masih ada sampe sekarang?" jelas Alfan  melirik Ekal, Jihan, Erick, mau pun Aksara yang terus menatap vidio CCTV itu dengan wajah yang sulit diartikan.

Tak berselang lama Agam pun datang dengan membawa Ajes dibelakangnya. Wirya yang sedari tadi duduk melamun itu, dengan segera beranjak menghampiri Agam dengan sebuah emosi yang terlepas.

bugh!

Agam tersungkur saat sebuah tonjokan keras dari Wirya, menghantam pipinya begitu saja. hal itu jelas menyebabkan pekikan histeris dari Ajes yang menyaksikan tepat didepan matanya. mendengar suara riuh adiknya dari depan, Aksara pun dengan segera berlalu menghampirinya dengan diikuti teman temannya.

"Balikin keponakan gue, Gam!" sentak Wirya dengan urat yang menonjol, mencekram kerah Agam. "Kenapa Ersya bisa sampe diculik!" Agam diam saja. ia menatap rekannya itu datar.

Aksara melihat itu pun langsung menarik Wirya menjauh dari tubuh Agam.

"Bang. lo bisa tenang dulu gak si? jangan memperkeruh masalah. kita pecahin ini dengan tenang."

Wirya memilih diam dan membuang muka kearah lain dengan dengan napas yang terengah enggah. remaja didepannya itu benar. mungkin ini adalah sebuah jebakan yang akan membuat mereka terpecah belah. Agam adalah sahabatnya. ia sudah mengenal Agam belasan tahun lamanya. masalah besar jika hanya karna keponakannya diculik membuat mereka bermusuhan.

melihat Sahabatnya emosi seperti itu, Agam jelas tidak enak hati. Adiknya sedang menghilang, dan kini gadis yang hampir setiap hari mengerusuhinya pun ikut menghilang karena dirinya. ia mengusap sudut bibirnya yang sedikit keluar darah, dan menghampiri Wirya.

TEMARAM [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang