00. Awal Dari Segalanya

8K 511 887
                                    

Jakarta, 13 Agustus 2000.

Seorang wanita yang sedang hamil tua merasakan kontraksi hebat pada perutnya. Padahal, usia kandungannya belum menginjak 9 bulan. Wanita itu terus memegang perutnya yang sakit bukan main, sesekali ia merintih seraya berkata. "Mas seperti nya aku akan melahirkan."

Hal itu jelas membuat sang suaminya yakni — Abizar panik. "Kamu serius? Usia kandungan kamu baru jalan 8 bulan, sayang."

"Aku serius, Mas. Perut aku sakit, nggak kuat."

"Kalo begitu ayo kita kerumah sakit. Tolong, tahan sebentar ya?" sahutnya lagi. Rania hanya mengangguk pasrah.

Tak lama setelah itu, Abizar segera menjalankan stir mobilnya dengan kecepatan 80/km menuju rumah sakit. Namun, sepertinya sudah menjadi ujian bagi mereka, di perjalanan mereka terjebak macet yang begitu parah. Ingin putar balik, namun jalanan saat itu begitu ramai, membuat Abizar sesekali memukul stir mobil dan tak jarang membunyikan klakson yang cukup panjang. Tetapi nyatanya hanya percuma, hal itu tak akan membuat jalanan menjadi tunggang langgang. Memangnya mau berharap apa pada jalanan Ibu kota?

"Mas ... Aku udah nggak kuat, kayaknya air ketuban aku udah pecah sedari tadi." Rania terus merintih, sembari memegang perutnya yang terasa semakin sakit.

Mendengar penuturan dari istrinya tadi, membuat Abizar sedikit frustasi, entah kenapa tiba-tiba saja otaknya menjadi disfungsi. Tanpa berpikir lama, Abizar kini membawa Rania keluar dari mobil dan menggendongnya menuju rumah sakit yang tampak tidak terlalu jauh lagi.

Abizar terus berlari di pinggir trotoar jalan, seraya menenangkan sang istri. Meski jauh dari kenyataan, justru malah dia sendiri yang Panik setengah mati.

Lebih dari sepuluh menit Abizar berlari sembari menggendong Rania, akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat.

"SUSTER, DOKTER, TOLONG ISTRI SAYA MAU MELAHIRKAN!" teriak Abi.

Mendengar teriakan Abizar yang begitu nyaring membuat para perawat dan dokter  yang baru saja ingin istirahat, kini berlari menghampiri Abizar dan Rania sembari membawa brankar. Abizar meletakkan tubuh sang istri lalu berlari bersamaan dengan para perawat di sana.

"Sayang, bertahan, ya? Aku yakin kamu pasti kuat." Abi, mengeratkan genggamannya sembari berlari kecil mendorong brankar menuju ruang persalinan.

Rania hanya merintih merasakan sakit yang teramat begitu perih, diantara hidup dan mati untuk melahirkan sang buah hati.

"Mas ... Apa pun jenis kelaminnya, aku harap kamu akan menerimanya dengan senang hati. Tolong sayangi anak kita. Mas, kalo semisal aku nggak selamat, ada enggak nya aku ... Aku harap kamu bisa menjaganya. Aku titip Jean dan anak yang akan terlahir ini, ya?"

Abi, menggelengkan kepalanya kuat. Berusaha menuli dengan ucapan yang membuat dadanya seperti teremat.

"Kamu nggak boleh berbicara seperti itu, kamu dan anak kita pasti selamat!"

"Pak mohon maaf, Bapak tidak bisa masuk ke dalam ruangan operasi," ucap salah satu perawat. Hal itu berhasil menarik atensi Abizar untuk mendongkak.

"Operasi?" tanya Abizar.

Perawat itu hanya mengangguk.

JevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang