18. Hati Yang Kembali Rapuh

1.2K 133 64
                                    

Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya!❤️

Typo bersebaran harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.

“Dia terlalu erat menggenggam bunga mawar, sampai ia tidak sadar, bahwa duri telah melukainya hingga berdarah. Tapi, ini bukan perihal bunga mawar.”

˙❥Happy reading❥˙
_____________________________


Jevian hanya mematung di pintu UKS tanpa kunjung masuk ke dalam. Padahal dia berniat untuk merebahkan badannya sebentar, sebab semalam ia tak bisa tidur. Namun, pada saat ia ingin masuk di sana terdapat Aksa dan Shaqueen yang sedang berseteru. Dan inti masalah dari perdebatan mereka adalah dirinya. Jevian paham Aksa pasti cemburu sebab kekasihnya selalu bersamanya setiap waktu. Namun, kebersamaan itu selalu datang tanpa terduga, di mana mereka selalu terjebak dalam ruang yang sama.

Apalagi akhir-akhir ini, Rama selalu menitip Shaqueen kepadanya. Jevian tidak bisa menolak sebab ia tak punya alasan untuk itu. Terlebih lagi seringkali ia melihat Shaqueen yang kesepian. Ia tak memiliki maksud lain, ia hanya datang untuk menghibur. Lagipula mana bisa ia masuk, pada hati yang sudah terisi penuh oleh seseorang yang sangat berpengaruh di hidup gadis itu. Jevian akan kalah telak.

Apalagi di lihat dari cara Aksa merengkuh gadis itu dengan erat, Jevian tahu pasti lelaki itu menyayangi Shaqueen begitu tulus. Mereka saling mendekap dengan penuh khidmat, merendam masing-masing ego dengan cara kembali menyatukan puing-puing hati mereka yang perlahan hancur lewat dekapan yang hangat. Jevian hanya bisa tersenyum tipis dan berharap hubungan mereka kembali membaik. Meski Jevian tidak tahu mengapa hatinya tiba-tiba terasa sakit.

Tepukan di pundaknya berhasil membuat lamunan Jevian buyar. Ia segera menatap ke belakang di mana ia menemukan Karin mengerutkan keningnya heran.

"Ngapain, Jev. Kok nggak masuk?" tanyanya.

Jevian langsung menoleh, "Gapapa," sahutnya. "Eh, Rin. Lo laper nggak? kebetulan gue laper, jadi ayo kita makan!' ucapnya lagi, lalu mengajak gadis itu pergi dari sana.

"Ih, gue mau ke UKS!" protes Karin, namun Jevian terus menarik tangannya.

"Nanti aja, Rin. Mending kita makan dulu, soalnya urusan perut tuh nggak bisa di tunda-tunda," ucap Jevian sembari mengelus perutnya.

JevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang