Ada beberapa hal untuk mengapresiasi penulis: beri vote, komen, share cerita ini jika memang kalian suka. Jangan lupa follow akun ini agar tidak ketinggalan informasi. Terakhir, jangan jadi silent reader, ya! Terima kasih❤️
Typo bersebaran harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.
"Bukan karena usia, seseorang lebih kerap di dewasakan oleh keadaan."
˙❥Happy reading❥˙
___________________________Setelah apa yang sudah Jevian lewatin hari ini. Entah kenapa harinya kembali terasa sepi, pikirannya kembali kosong, kepalanya terasa pusing, wajahnya kembali murung. Sungguh rasanya hari demi hari terasa melelahkan, di baluti dengan babak belur yang kian membiru.
Jevian hanya bisa menghela napasnya. Lalu mendongkakan kepalanya menatap langit-langit kamar. Melepaskan segala penat beberapa jam lalu, yang sudah ia pendam selama berjam-jam.
Siang seolah ia paling bersinar, tetapi ketika malam datang ia justru paling temaram.
Bagi Jevian, hidup itu memang tidak menarik. Namun, lebih dari apa yang dia anggap biasa saja, Jevian lebih banyak bersyukur sebab di beri kesempatan untuk hidup. Meski sisanya terdapat perasaan bersalah atas kelahirannya yang justru menyebabkan kehilangan nyawa seseorang.
Hidup selama 18 tahun, yang di mana isinya hanya rasa sakit dan juga sesal kadang membuat Jevian lelah. Ada kala ia ingin mengandalkan ego untuk menyerah. Namun, logika kembali menyadarkannya.
Jevian tidak tahu harus mengadu kemana segala kesahnya. Jevian tidak tahu harus mencari peluk ke mana disaat masa peliknya. Jevian tidak tahu harus pulang ke mana disaat orang-orang rumah tak menganggap keberadaannya.
Setiap hari Jevian selalu berbisik kepada dirinya, bahwa Tuhan selalu ada di sampingnya. Namun, ada satu waktu dimana Jevian juga butuh manusia yang bisa ia ajak berbicara tentang sedikit keluhnya.
Jevian juga butuh sedikit pelukan untuk tubuh yang tak pernah merasa kehangatan. Jevian juga butuh rumah untuk ia bisa merasa aman. Hanya itu. Tetapi, kenapa begitu sulit dan mungkin tabu ia dapatkan. Mungkin sepanjang hidup, kesedihan sudah tercetak tebal di garis hidupnya.
Setelah 20 menit dalam keheningan, perlahan Jevian menutup matanya, berusaha menyambut 1 menit kedepan dengan kembali berpura-pura untuk tegar. Namun, suara lembut nenek samar-samar muncul di dalam ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevian
Teen Fiction[Sicklit, Angst] [SEBELUM BACA, JANGAN LUPA FOLLOW!] ••• "Kira-kira, bagian mana ya, yang Tuhan tunjukkan ke saya sampai-sampai saya mau lahir ke dunia?" ©AlyaAS Started: Selasa, 05-24-2022 Cover by Octopus Design