Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya!❤️
Typo bersebaran harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.
Kenangan adalah sesuatu yang terkadang menjelma seperti pisau, yang bisa kapan saja menusuk jantung paling dalam. Namun, tak jarang adalah hal yang mendatangkan rindu di kala hujan.
˙❥Happy reading❥˙
_________________________
Di sudut kamar, Shaqueen bisa melihat dengan jelas bagaimana hujan kembali mengguyur kota Jakarta. Udara siang ini terasa lebih dingin dari biasanya. Namun, lebih dari hal tersebut, ternyata perasaannya jauh lebih dingin-atau nyaris beku bahkan perlahan-lahan membuatnya hampir mati rasa.Di hari minggu ini tidak ada yang spesial. Hari-harinya selalu sama-sepi. Bahkan di tengah keramaian pun, ia tak pernah merasakan dirinya hidup diantara ramainya orang. Shaqueen lebih memilih untuk berjalan ke tempat-tempat sepi. Bersembunyi di balik kesendirian, sembari menulis puisi-puisi, atau bahkan menghafal lagu penguat hati. Berharap dengan begitu, ia bisa menjadi dirinya yang dulu. Seseorang yang paling ceria diantara penghuni rumah, seseorang yang kuat ketika jatuh dari sepeda. Bukan seperti ini, yang kadang takut pada hujan yang selalu membawa pedih di ingatannya.
Diantara gemercik hujan yang turun, Shaqueen hanya bisa menghela napasnya panjang, sembari memperhatikan jalanan. Sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk beranjak dari tempat duduk dan turun ke bawah. Lalu, ia berlari ke arah jalan dan mendongakkan kepalanya sembari mengerjapkan mata. Menikmati setiap bulir air hujan menerpa wajah mulusnya.
Shaqueen suka hujan. Jadi, tidak perlu bertanya kenapa dia hujan-hujanan. Memang seperti kekanakan, namun inilah cara agar ia bisa terisak dengan bebas, tanpa harus berpura-pura tegar di hadapan orang. Sebab, hanya di bawah guyuran hujan tangis itu mampu tersamarkan.
Hingga tepukan di pundaknya berhasil membuatnya membuka mata. Tampak seorang lelaki menggunakan kaos putih polos tengah tersenyum ke arahnya.
"Mau tambah seru nggak main hujan-hujanannya?" tanya lelaki itu. Sedangkan Shaqueen hanya geming. Karena tak kunjung mendapat respon, akhirnya lelaki itu menarik lengan Shaqueen tanpa persetujuan gadis itu terlebih dahulu. Ia menggenggam tangan Shaqueen dan membawa pergi seraya berlari. Shaqueen tak mengelak, yang ia lakukan sekarang hanya mengikuti ke arah mana langkah itu menuntunya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevian
Novela Juvenil[Sicklit, Angst] [SEBELUM BACA, JANGAN LUPA FOLLOW!] ••• "Kira-kira, bagian mana ya, yang Tuhan tunjukkan ke saya sampai-sampai saya mau lahir ke dunia?" ©AlyaAS Started: Selasa, 05-24-2022 Cover by Octopus Design