12. Seamin Tak Seiman

1.2K 184 323
                                    

Ada beberapa hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share, terakhir jangan lupa follow akun ini, agar tidak ketinggalan info dari aku. Btw, jangan jadi sinder ya cintahhh!❤️

Note: Typo bersebaran, harap di maklumi namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.

 Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang perbedaan diciptakan bukan untuk memecah belahkan. Tetapi, tentang bagaimana persatuan mampu terbentuk tanpa adanya diskriminasi terhadap kehidupan.”


˙❥Happy reading❥˙
_______________________



Setelah berbincang cukup lama. Akhirnya mereka berempat pergi kejalanan. Ini pertama kalinya Shaqueen berkeliaran di jalan sembari bernyanyi menghampiri para pengendara yang sedang berhenti menunggu perubahan warna merah menjadi hijau di depan trotoar.

Lika liku perjalanan
Ku terjebak sendirian
Tumbuh dari kebaikan
Bangkit dari kesalahan

Berusaha pendamkan
kenyataan bahwa...
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang ku kira.

Aku sudah dewasa
Aku sudah kecewa
Memang tak sekuat yang ku kira

Aku tetap bernapas
Meski sering tercekat
Aku tetap bernapas
Meski aku tak merasa bebas

Lika liku memang sudah dia rasakan. Bahkan dia terjebak sendirian dalam kerumitan. Dia terjatuh dan enggan untuk bangkit. Bangkit dari Kenyataan yang memang harus dia terima sejak lama.

Bait demi bait telah gadis itu lantunkan. Meski ada kata lain yang membuat dirinya sedikit sakit kala dia menyanyikan lagu idgitaf ini. Takut, sesuai dengan hari-hari yang selalu dia jalani. Takut, dengan diri yang kian hari akan semakin dewasa. Takut, ketika semuanya tidak berjalan dengan semestinya. Semenjak kejadian sepuluh tahun lalu. Kehidupannya hanya di penuhi dengan rasa takut.

Sudah cukup lama mereka mengamen, bahkan keringat di dahi gadis itu, tampak bercucuran memenuhi wajah cantiknya. Namun, tetap saja tidak sedikit pun melunturkan paras ayu-nya.

Jevian, yang sadar bahwa dalam diamnya gadis itu menitikkan air mata. Air mata yang terlihat begitu perih.

Aji dan Raka, dua bocah itu kembali menghampiri mereka. Hari sudah semakin larut. Langit-langit semula biru kini berubah menjadi kelabu.

"Ayo pulang sebentar lagi maghrib."

Semuanya mengangguk ketika Jevian mengintruksi untuk pulang. Semuanya mulai berjalan beriringan karena pendapatan mereka juga sudah lebih dari cukup. Apalagi banyak sekali orang yang memberi uang kepada Shaqueen dan Jevian tadi. Jujur saja, suara gadis itu memang betul-betul bagus.

JevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang