29. Sampai Menutup Mata

592 44 15
                                    

Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya!

Typo bersebaran, harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.


˙⁠Happy reading❥⁠˙


Sampai detik ini, Shaqueen masih terus mencari keberadaan Jevian. Meski ia tidak tahu harus membawa langkahnya pergi kemana lagi. Semua tempat hampir sudah ia jelajahi, namun hasilnya masih tetap sama-nihil. Shaqueen tidak tahu, bagaimana keadaan Jevian sekarang. Ucapan Aji sore itu berhasil membuatnya tidak tidur selama semalaman. Lalu sekarang, sudah hampir setengah hari juga ia mencari Jevian tanpa adanya sebuah hilal.

Shaqueen hampir saja ingin menyerah, dan berusaha untuk tidak peduli. Tetapi tidak bisa. Coba beri alasan kenapa ia harus berhenti peduli, sedangkan Jevian saja memberikan perhatian yang cukup lebih untuknya? Tentunya sebagai manusia yang tahu cara berbalas budi, Shaqueen tidak akan diam saja ketika salah satu orang yang sudah berbaik hati kepadanya itu tiba-tiba menghilang dengan tidak wajar. Menghilangnya Jevian ini cukup mengganjal, namun Shaqueen tidak tahu harus memecahkan keganjalan itu dengan cara seperti apa. Ia juga sudah meminta banyak bantuan, namun satu diantaranya saja tidak ada yang berhasil menemukan keberadaan Jevian.

Sial!

Shaqueen meremat rambutnya, ia berdecak beberapa saat ketika sadar bahwa handphonenya tertinggal di rumah. Semenjak Jevian menghilang, konsentrasinya pun seakan-akan buyar.

Mengehela napas, lalu membuangnya secara kasar, hanya itu yang bisa Shaqueen lakukan sekarang. Tidak mungkin kan ia mendumal sepanjang jalan, bisa-bisa ia dianggap tidak waras oleh banyak orang.

Hari sudah semakin larut, kepulan awan hitam tampak sudah menggulung diatas langit sana. Mungkin, untuk yang ke sekian kalinya Jakarta akan kembali diguyur hujan. Dan Shaqueen tidak ingin terjebak dalam hujan itu untuk sekarang. Jadi, ia lebih memilih untuk putar arah dan pulang saja ke rumah. Meski, rumahnya akan jauh lebih miris daripada gerimis kecil ini. Mereka jatuh ke bumi beramai-ramai, berbeda dengan ia ketika terjatuh hanya sendirian. Malang sekali, bukan?

Butuh waktu sekitar tiga puluh menitan untuk sampai di rumah. Shaqueen lagi-lagi hanya bisa menghela napasnya ketika sampai di depan pintu rumah tanpa melihat satu pun kendaraan yang terparkir di halaman rumah selain motor yang baru saja ia pakai tadi. Ternyata Ayah dan abangnya masih belum pulang ke rumah. Shaqueen kontras tertawa, miris. Lebih dari meratapi, Shaqueen memilih untuk memasuki bangunan besar itu dengan sisa-sisa sesak yang sudah perlahan-lahan terkikis oleh rasa terbiasa. Lagian, ia bisa apa selain memaksa dirinya untuk terbiasa dengan semuanya?

Menjadi anak wanita terakhir yang katanya perlu perhatian dari keluarga itu tidak pernah Shaqueen dapat. Semuanya hilang, dan ia justru berakhir menjadi sendirian sekarang. Tidak ada siapa-siapa, sepi itu kembali merengkuhnya lagi.

Kini Shaqueen sudah berada di kamarnya, pas foto berisi empat orang itu membuat matanya terasa panas. Sialan! Ia tidak ingin menangis lagi sekarang. Shaqueen sudah cukup benci berada di dalam masa-masa terpuruk itu dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Memejamkan mata, Shaqueen berusaha menetralkan sesak di dada yang kali ini seperti memukulnya dengan sangat keras. Sakit sekali. Belum lagi ingatan ketika pertengkaran bunda dan ayah waktu itu selalu terputar secara tiba-tiba di kepalanya-ini sungguh membuat Shaqueen tersiksa.

Suara bel dari bawah membuat ia menarik napasnya beberapa saat, Shaqueen berusaha menetralkan dulu dirinya agar tidak terbawa jauh oleh ingatan buruk itu lagi. Butuh beberapa menit hingga akhirnya berisik dikepalanya cukup reda. Shaqueen mulai membawa dirinya pergi dari kamar menuju ke depan rumah. Mungkin ayah atau abangnya sudah datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang