Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan sinder, ya!❤️
Typo bersebaran harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Jika hujan deras saja berkemungkinan untuk membentuk pelangi setelahnya. Maka, tangis yang tercipta sepanjang malam juga berkemungkinan awal dari terbentuknya sebuah kebahagiaan.”
˙❥Happy reading❥˙ _____________________
"Bangun."
Suara berat dari Jevian mampu menelusup masuk ke gendang telinganya. Bukannya bangun, gadis itu justru lebih memilih menutup telinganya menggunakan bantal lalu melanjutkan kembali tidurnya.
Jevian hanya bisa menghela napasnya panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia masih berupaya agar gadis itu mau untuk terbangun dari tempat tidur.
"Dalam hitungan tiga belum juga bangun, gue enggak bakal segan-segan seret lo ke kamar mandi."
Nyatanya ancaman Jevian tak ada artinya bagi Shaqueen. Gadis itu masih tetap terpejam menjelajahi alam mimpinya. Hal itu jelas membuat Jevian ingin berdecak habis-habisan kepada gadis di hadapannya.
"Satu."
Masih tak ada pergerakan apapun.
"Dua."
Masih tetap sama.
"Dua setengah."
Dan...
"Tiga."
Sial gadis itu benar-benar tidak memberikan reaksi apa pun. Dia masih memilih untuk tetap terpejam mebiarkan Jevian mematung di depan sembari menahan kesal.
Hingga akhirnya, Jevian mulai mendekatkan tubuhnya kearah gadis itu, lebih dekat dari sebelumnya. Dalam diamnya Jevian tak sengaja menatap gadis yang tengah terlelap begitu tenang. Jevian tidak tahu mengapa peredaran matanya Seolah terkunci pada saat netranya tak sengaja menatap paras ayu gadis di hadapannya. Seperti ada magic di dalamnya, seketika dunianya terasa terhipnotis. Sesekali senyum simpul itu tergurat manis di bibir Jevian.
"Cantik," gumam Jevian sembari tak ada hentinya menatap gadis itu. Hingga di seperkian detik, terdengar suara melengking yang berhasil menghancurkan seluruh lamunannya.
"Astaghfirullah. Raka, enggak lihat kok," Kata anak itu sembari menutup mata dengan kedua tangannya.
Jevian hanya mematung di hadapan Shaqueen. Ketika mendengar suara Raka yang datang menghancurkan lamunannya. Dan sialnya, suara cempreng Raka mampu membangunkan Shaqueen dari tidurnya. Seketika tubuhnya terasa kaku, bahkan untuk menjauh dari wajah gadis itu Jevian masih tak mampu.