27. Masing-masing Dari Kita, Memiliki Luka Yang Berbeda

1.7K 153 109
                                    

Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya! Tolong hargai aku yang sering nangis sama sakit kepala hanya untuk menulis ini semua:)

Typo bersebaran, harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.

Note: Untuk menemani kegiatan malam Minggu kalian, aku persembahkan part patah hati dari kedua sudut pandang. Dan untuk menambah sedikit feel saat kalian membaca, aku Play music "Kembali Pulang, by Febby Puteri." So, enjoy your satnight reading my work, bub!


"Waktu dan usia itu curang, ya? mereka berjalan bersamaan, tetapi lupa bahwa ada seseorang yang masih tertinggal jauh di belakang dengan langkah yang kepayahan."

-Nonatypo
______________________________________

˙⁠❥Happy Reading❥⁠˙

Dalam heningnya pagi, ketika garis-garis cahaya menelusup masuk ke dalam celah-celah jendela. Nyatanya dari semalam hingga matahari mulai naik ke atas langit, Jevian sama sekali tidak tertidur.

Menghela napas, seraya menatap sekeliling ruang asing yang tidak pernah ia bayangkan. Jevian tidak pernah pernah menyukai situasi dimana amarah menguasai dirinya. Namun, apa yang udah Papa-nya lakukan kemarin cukup membakar sisa-sisa kesabaran yang ia simpan sebaik mungkin.

Jevian ingat, ketika suara Papa menggema di ruang tengah, juga suara tangis perempuan yang menyahut dengan nada permohonan yang cukup menyakitkan. Membuat ia terbangun dan memutuskan untuk melihatnya secara langsung dengan matanya sendiri.

"Bi, saya rasa bibi sudah cukup mencampuri kehidupan saya. Apalagi kemarin teman saya secara tidak sengaja mendengarkan percakapan kalian yang mungkin saja membicarakan keburukan saya. Dan itu sudah berhasil membuat nama saya menjadi kotor. Saya rasa, saya sudah tidak bisa mempertahankan bibi lagi. Saya minta maaf, bibi saya pecat."

Bi Minah cukup bergetar, wanita baya itu bahkan sudah sedari tadi menangis.

"Saya mohon, jangan pecat saya. Nanti, bagaimana dengan Jevian?"

Papa cukup menghela napasnya, lalu kembali menatap ke arah bi Minah. "Saya orang tuanya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sedangkan bibi hanya orang asing, jadi berhenti mencampuri kehidupan keluarga saya lagi."

JevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang