Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya!❤️
Typo bersebaran harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.
“Mau sebanyak apa pun orang yang ada di sekeliling kita. Tidak ngejamin mereka untuk selalu tetap tinggal. Ada kalanya waktu Perlahan-lahan mengikis jarak, dan tidak menyisakan ruang sedikit pun diantara siapa saja.”
˙❥Happy reading❥˙
_______________________Selama satu minggu ini, Jevian selalu mengikuti Shaqueen secara diam-diam. Ia selalu memastikan gadis itu untuk selalu baik-baik saja, meski mungkin sekarang gadis itu masih merasakan trauma yang cukup membuatnya tersiksa.
Kejadian satu minggu yang lalu membuat Shaqueen lebih banyak terdiam. Jevian tidak tahu harus seperti apa sekarang, sorot matanya kini hanya ia fokuskan untuk menatap sendu ke arah gadis itu yang berada sendirian di taman.
Jevian tidak bisa menerka-nerka apa yang ada di pikiran gadis itu sekarang, yang jelas semuanya sudah banyak berubah. Shaqueen yang berisik, Shaqueen yang menyebalkan itu sudah satu minggu hilang di gantikan dengan Shaqueen yang lebih banyak diam.
Jevian hanya bisa menghela napasnya panjang, lalu dengan langkah yang tak pasti ia kembali berjalan ke arah gadis yang berada tak jauh dari keterdiamannya. Langkahnya terhenti saat ia mendengarkan suara pilu dari gadis itu. Jevian sengaja menahan langkahnya untuk tidak maju. Membiarkan gadis itu menumpahkan segala pilunya tanpa ragu.
"Aksa, kenapa mencintai kamu itu harus sesakit ini? Kenapa aku harus terjebak dengan perasaan yang sama sekali nggak dapat timbal balik. Apa aku nggak pantas untuk di cintai?" tanyanya kepada diri sendiri.
"Shaqueen harusnya lo sadar, dan menjadikan apa yang berada di depan lo itu sebuah peringatan. Perpisahan Mama sama Papa, harusnya buat gue paham bahwa jatuh cinta memang hanya akan menyisakan rasa sakit yang mendalam. Tapi, kenapa harus sesakit ini? KENAPA!" teriaknya dengan isakkan yang semakin memberat.
Jevian hanya terdiam, mendengarkan isakan Shaqueen dengan hati yang tiba-tiba terasa perih, rasanya ia ingin membantu merekatkan segala patahnya dengan dekapannya. Meski Jevian tidak tahu, apakah gadis itu mampu menerima bantuannya atau tidak. Karena, ia juga tidak memiliki hak apa-apa. Ia bukan siapa-siapa.
Ia kembali berjalan, dan menyodorkan satu coklat batangan. "Katanya cokelat bisa buat mood seseorang baik," kata Jevian sembari tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevian
Teen Fiction[Sicklit, Angst] [SEBELUM BACA, JANGAN LUPA FOLLOW!] ••• "Kira-kira, bagian mana ya, yang Tuhan tunjukkan ke saya sampai-sampai saya mau lahir ke dunia?" ©AlyaAS Started: Selasa, 05-24-2022 Cover by Octopus Design