2• Shaqueen Agatha Pricilla

3.1K 310 312
                                    


Ada 3 hal untuk mengapresiasi penulis: pertama vote, dua komen, tiga share. Btw, jangan silent reader, ya!❤️

Typo bersebaran harap di maklumi, namanya juga manusia. Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi.

 Tapi, jika berkenan tolong di tandai agar nnti bisa di revisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku hanya anak gadis yang berusaha hidup, di tengah reruntuhan rumah yang tak lagi sempurna."

-Shaqueen Agatha Pricilla


♡ Happy reading♡

Sinar matahari pagi berhasil membangunkan gadis yang sedang berbaring di tempat tidurnya.
Ia mengeliatkan badan, lalu menatap ke luar jendela.

Seolah sang mentari menyapa pagi hari dengan senyumannya yang sangat mengagumkan hati. Senyumannya memancarkan kehangatan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin. Kuraih kehangatan sang mentari dalam naungan jiwa yang dirangkul oleh hawa dingin ini

Namun, niatnya untuk tetap tertidur pulas hanyalah sebuah keinginan belaka. Sebelum seentero rumah terdengar nyaring oleh teriakan sang ayah.

"Shaqueen!" teriak Ayah yang tampak nyaring terdengar menggema di bawah sana.

Gadis itu hanya terdiam beberapa saat di balik selimbut, seraya menutupi kupingnya dengan bantal. Dengan perasaan yang malas, namun ia sadar sudah waktunya ia tuk pergi ke sekolah.

Tok tok tok

Terdengar beberapa kali ketukan yang mengetuki pintu kamarnya. Ia hanya berdecak kesal jika itu, ayahnya pasti ia akan mendapatkan semprotan dari sang ayah kira-kira begini. "Kamu ini anak perawan, gak baik bangun terlalu siang, nanti rezekinya di patuk ayam!" Yap, seperti itulah, senjata andalan ayah. ketika membangunkan anak gadisnya yang super mager tuk berangkat ke sekolah.

"Non?" ucap seseorang yang tidak lain adalah bi Nani pekerja di rumahnya.

Shaqueen menarik napas lega karena kali ini bukan Ayah. Ia segera beranjak dari tempat tidur dengan selimbut yang masih menyingkap badannya. Ia memegang gagang pintu, lalu membukanya. Ketika pintu sudah setengah terbuka, tampak wanita baya berdiri di hadapannya. Wanita itu tersenyum ke arahnya, lalu ia pun membiarkan IRT nya untuk masuk.

"Iya, bi?" tanya Shaqueen dengan suara beratnya.

"Sudah siang. Hari ini, hari pertama Non masuk ke sekolah baru, kan?" tanya bi Nani, dengan suara lembutnya. Shaqueen hanya mengangguk.

Shaqueen menarik kedua sudut bibirnya, benar juga. Ini adalah hari pertama ia pindah ke sekolah baru. Sungguh, Shaqueen sudah menunggu hari ini sangat lama. Karena akhirnya, usahanya untuk bisa pindah dari sekolah lama ke sekolah baru itu akhirnya di setujui juga, karena ia masih mengingat bagaimana sang ayah menentangnya untuk tidak pindah. Namun, karena hampir setiap saat gadis itu merengek, Ayahnya jengah juga.

JevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang