Masih bertempat di lokasi pertarungan Shion dan penyihir tingkat 8.
Setelah satu serangan penghabisan yang dilancarkan oleh Shion kepada penyihir itu, sekarang tempat itu telah berubah menjadi berantakan. Banyak debu yang berterbaran, diakibatkan karena dampak dari ledakan yang Shion ciptakan serta beberapa pohon tumbang di dekat area pertarungan mereka. Ada satu kawah yang berukuran sedang juga tercipta di sana. Itu juga tercipta oleh serangan dia.
Shion berada tidak jauh dari lokasi terus memandangi salah satu tempat yang tertutup oleh debu yang dimana itu merupakan tempat dari penyihir itu berada. Dia tidak tahu apakah serangan yang dia ciptakan tadi itu berhasil ataukah tidak.
"Agram, bagaimana? Apakah kamu bisa melihatnya? Aku berhasil mengalahkannya, kan?" tanya Shion kepada Agram. Dia tidak bisa melihat penyihir itu dan menanyakannya kepada Agram, mungkin saja dia memiliki penglihatan yang lebih baik. Sebenarnya dia juga bisa merasakan aura yang dikeluarkan oleh penyihir itu, tapi tidak sebesar yang sebelumnya, ketika mereka sedang bertarung.
"Dia belum kalah," Balas Agram yang mengonfirmasi. "Tetap waspada, Shion. Ambil sikap-sikapmu."
Mendengar ucapan Agram, Shion dengan cepat membuat sikap berjaga, menunggu serangan tidak terduga yang akan datang jika itu memang datang.
Tidak berapa lama, seluruh kabut akhirnya telah menghilang. Wujud dari penyihir itu pun telah terlihat. Saat ini dia dilumuri oleh darah di bagian pundak sebelah kanannya dan mmebekas sampai di dadanya. Serangan yang dilancarkan oleh Shion nampaknya berhasil melukainya.
Penyihir itu terdiam, lalu berjalan maju menghampiri Shion. Jalannya begitu santai. Sembari berjalan dia juga menyentuh sekitar area lukanya dengan tangan lainnya. Tiba-tiba, seluruh luka ditutupi oleh es. Shion yang melihat hal itu merasa terkejut. Secara refleks dia melangkah mundur.
"Eh, apa yang sebenarnya dia lakukan?" tanyanya yang terus memperhatikan penyihir itu.
Sesudah seluruh es menutupi seluruh area lukanya. Kemudian secarsecarpa mengejutkan, es-es itu mulai bercahaya dan perlaha menghilang. Di saat bersamaan luka yang tadinya terbuka, sekarang mulai tertutup dan kemudian akhirnya hilang tak berbekas. Penyihir itu telah sembuh sepenuhnya.
Shion hanya bisa berdecak kesal karena melihat hal itu. "Tch, aku tidak menyangka jika dia memiliki kemampuan regenerasi seperti itu. Serangan kombinasi yang kulakukan tadi rasanya sia-sia." Dia sudah menyadari kelemahannya yang dimana dia merasa begitu puas, padahal kepuasannya hanyalah sebuah titik kecil. Dia harus berusaha lagi dan lagi.
Dalam situasi ini, Shion telah mempersiapkan semuanya. Dia pun kembali serius.
Beberapa detik kemudian, penyihir itu semakin dekat hingga akhirnya dia sudah berjarak sekitar tiga meter dari Shion. Masih belum ada tanda pergerakan yang ditunjukkan olehnya. Hal itu membuat Shion bingung. Dia ingin menyerang duluan akan tetapi dia merasa ragu jika itu adalah sebuah jebakan.
Lantas, dia mulai mengajukan pertanyaan, "Oi, kenapa kamu diam saja? Cepat serang aku. Aku sudah siap untuk membalas seranganmu." Dan menondongkan pedangnya ke depan.
Tidak berapa lama, dia mulai mengangkat kedua tangannya dan berbicara,
"Aku menyerah."
Terjadi keheningan yang hebat di tempat itu. Shion terdiam membatu setelah mendengar ucapan yang barusan dilontarkan oleh penyihir itu. Secara spontan dia langsung membalasnya, "Apa yang kamu katakan, hah?! Kamu menyerah?? Apa telinga ku tidak salah dengar??"
"Ya, aku menyerah." Sekali lagi penyihir itu mengonfirmasi kebenaran itu.
Yah, Shion hanya bisa heran saja. Lalu, terlintas berbagai teori di dalam benaknya. Berbagai teori konspirasi atas ucapan itu.
Tunggu dulu ... bagaimana dia bisa menyerah semudah ini? Pasti ada alasan baginya untuk berkata seperti itu. Apa Jangan-jangan dia sengaja mengatakannya dan menunggu kami lengah. Kemudian setelah itu, dia menghabisi kami semua dalam satu waktu.
Selagi Shion sibuk dengan konspirasi di dalam kepalanya, penyihir itu kembali berkata, "Apa, apakah kamu tidak percaya dengan apa yang kuucapkan?" Penyihir itu nampaknya tahu tentang ketidakpercayaan Shion terhadap dirinya.
"Tunggu sebentar, aku akan memikirkan ini dulu."
Shion malah menyuruhnya untuk menunggu. Dia dengan cepat berbalik dan mencoba mengubungkan batinnya dengan Agram. Dia ingin segera membahas ini dengan dia.
"Agram, Agram. Apa kamu dengar? Aku ingin menanyakan pendapatmu, apakah orang ini benar-benar mengatakan hal yang sebenarnya atau tidak?"
Agram pun membalas, "Heh, kamu masih menanyakan hal itu, seharusnya kamu sudah tahu jawabannya ketika kamu menanyakan hal itu kepadaku."
Otak Shion mulai tersendat sewaktu mendengarkan ucapan Agram. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," tanyanya dengan wajah yang konyol.
"Haduh ... Aku kadang heran melihatmu. Kadang kamu terlihat pintar, kadang juga bodoh. Apakah ada jiwa lain yang bersemayam di tubuhmu selain aku?" Agram malah mengejeknya.
Jelas ejekan itu membuat emosi Shion naik. "Hah? Siapa kamu panggil bodoh?" tanyanya dengan tegas. "Bukannya menjawab, tapi kamu malah mengejek."
"Jadi begini, ketika dia bertanya soal ketidakpercayaanmu soal ucapannya, kamu meminta untuk memberi waktu. Dia pun setuju dan memberimu waktu. Itu berarti dia mengatakan hal yang sesungguhnya. Kalau saja itu bohong, maka ketika kamu berbalik, mungkin saja perutmu sudah diisi oleh es yang dingin," jelasnya.
"Oh, begitu. Masuk akal juga yah."
Jadi, sesudah berbincang dengan Agram, Shion berbalik dan mendekati orang itu seraya berkata, "Yah, jika didengar dari ucapanmu, aku rasa aku dapat mempercayainya." Setelah itu berhenti. Kedua mata Shion langsung tertuju ke orang itu. Dia memberikan pertanyaan kepadanya.
"Tapi, aku ingin bertanya beberapa hal terlebih dahulu. Pertama, aku ingin tahu siapa identitasmu dan memperlihatkan wajahmu yang tetutupi oleh jubah itu, apakah kamu bisa menunjukkannya, dan yang kedua, apakah kamu bisa menjelaskan kenapa kamu meminta maaf secara tiba-tiba. Kamu tahu, itu cukup mencurigakan. Pasti ada alasan tertentu."
"Baiklah, aku akan menjawab semuanya."
Penyihir itu menyetujuinya. Dia pun mulai membuka jubah pelindung di kepalanya. Wujud dari wajahnya pun terlihat. Kulit wajah putih seputih salju terlihat begitu indah, sepasang iris mata berwarna biru cerah, dagu uang agak runcing, serta rambut putih mulus panjang yang dikuncir kuda.
"Perkenalkan namamu, Dasmia Alexandria, seorang penyihir es yang berasal dari kerajaan Ice Madasness."
Sesudah perkenalan itu, Dasmia berjalan maju dan semakin mendekati Shion. Dia pun berkata, "Sebenarnya tujuanku menyerah adalah karena kamu." Sambil menunjuknya.
Shion pun bingung. "Hah? Aku?"
Dasmia menghilang dengan cepat, kemudian muncul di belakang Shion yang lagi mengelus ekornya.
"Aku tahu, aku tahu, kamu pasti pewaris dari sang naga hitam. Iya kan? Iya kan? Iya kan?" Dengan begitu semangatnya dia mengelus ekor itu.
Dasmia lalu beralih cepat ke sekeliling tubuhnya dan memeriksa setiap armor yang terpasang di tubuh Shion.
"Setelah tadi aku mencoba menyerangnya, armor ini begitu kuat, dan ketika aku merasakan armor ini begitu tipis. Memang ini adalah pertahanan yang kuat. Akan tetapi ... rasanya aku melihat armor ini berbeda dari yang dikenakan oleh si orang sebelumnya, yang terlihat padat dan tebal. Apakah ada beda tingkatan yang mempengaruhi tubuh penggunanya? Ah, aku harus mempelajarinya."
Sifat yang diperlihatkan oleh Dasmia berubah 180°. Yang tadinya terlihat begitu dingin sedingin kemampuannya, sekarang menjadi aneh. Bahkan keanehan itu membuat Shion terdiam membatu. Ketika Dasmia memegang-megang sekitar tubuhnya, dia langsung merasa merinding. Ada sesuatu yang lebih mengerikan daripada pertarungan yang mempertaruhkan nyawa. Keringat pun bercucuran hebat menyelimutinya.
ihh!!! Apa-apaan dengan orang ini?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Naga Hitam
FantasyDi kisahkan pada Benua Vallesey, terdapat perkumpulan ksatria yang menyebut mereka sebagai Ksartia Naga. Yah, mereka semua adalah ksatria yang telah melakukan kontrak dengan para naga yang merupakan legenda diantara legenda. Mereka dikatakan sebagai...