Begini lagi.
Setelah empat tahun, akhirnya Hyunseo kembali mengenakan seragam perawat berwarna tosca tua, kembali membebat erat rambutnya menjadi kuncir ekor kuda, dan kembali duduk di dalam mobil tuanya, bersiap meninggalkan lapangan parkir Grand Willow Memorial, rumah sakit tempatnya bekerja, ketika bias-bias jingga mulai ikut campur mewarnai langit senja Seoul.
Hyunseo menarik nafas panjang dan menghempasnya dalam sekali waktu sebelum memutar kunci mobilnya entah untuk yang keberapa kali. Ini bagai meniti lagi sebuah memori yang sama rongsoknya dengan mesin si roda empat. Dulu dia juga begini. Di mobil yang sama. Dengan masalah yang sama. Hanya saja dulu itu Hyunseo tidak peduli dengan waktu, dia punya banyak masa luang. Tidak perlu merasa gelisah berpacu dengan gerak linear jarum jam sebelum Woojin menjadi penghuni daycare yang terakhir.
Mobil tua sialan. Hyunseo bisa memaafkan bentuknya yang memang tidak untuk dikagumi lagi, alih-alih justru membuat iba, tapi tidak bisa memafkan ketika kendaraannya ini akan menjadi alasan mengapa dirinya terlambat menjemput Woojin.
"Argh!" Hyunseo memekik kesal. Ini bulan kedelapan dirinya tak lagi merasakan privilege sebagai penghuni strata sosial tertinggi. Tidak ada lagi mobil SUV tipe paling atas lengkap dengan supir pribadi, tidak ada protokoler khusus untuk membelah kemacetan Seoul yang sudah seperti antrian pintu masuk neraka. Kepelikan yang seharusnya biasa saja untuk seukuran orang yang juga biasa seperti dirinya sekarang malah terasa luar biasa menyusahkan dan begitu nyata.
"Hyunseo-ya."
Hyunseo terperanjat, seorang pria telah berdiri tepat di sisi jendelanya yang masih terbuka. "Hoseok-ssi!" sahutnya, "maaf, apa mobilku menghalangi jalan keluar mobilmu?" Ia sadar sudah memarkir mobil terburu-buru tadi pagi dan hanya menyisakan celah yang pas-pasan di sebelah kiri untuk dilalui kendaraan lainnya.
Hoseok, pria yang juga mengenakan seragam dan name tag serupa hanya menggeleng sambil tersenyum ringan. "Apa mobilmu bermasalah?" tanyanya, terlihat peduli pada Hyunseo yang mulai putus asa.
"Ya," jawab Hyunseo, "mesinnya ngadat, mungkin butuh sekitar lima menit lagi baru mobilku ini bisa benar-benar menyala."
Hoseok memutar pergelangan tangannya, menilik penanda waktu di sana, "Mau menjemput Woojin?" tanya Hoseok yang kembali menatap Hyunseo.
Hyunseo akhirnya menyerah, badannya bersandar tanpa daya pada kursi kemudi, helaan panjang ia hembus dengan kentara. "Ya, harusnya ini waktunya aku menjemput Woojin," lirihnya lelah.
"Ayo, keluar. Ikut aku. Biar aku saja yang menjemput Woojin dan mengantar kalian pulang."
"Sungguh?"
"Tentu. Ayo."
Tidak mau membuang waktu lebih lama, Hyunseo bergegas keluar dari mobil dan beberapa menit kemudian Hoseok sudah membawanya melaju di tengah jalan arteri yang membelah Seoul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Coeur | JJK x OC x KTH ✔️
Fanfiction[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ] Just another after divorce story, but definitely not the ordinary one ;) Bagaimana rasanya mendengar kabar t...