Ternyata ga jadi epilog, masih ada satu bab lagi wkwkwwk... Maaf ya. Kupikir kalo digabung epilog nanti kepanjangan.
200 votes baru lanjut epilog 🫠
.
.
Taehyung melarungkan tatapannya yang hampa, jauh ke tengah lautan luas di hadapannya. Rambut kelamnya berkibar pelan. Angin yang menerpa wajahnya membawa bau asin dan embun laut. Telinganya menangkap desir ombak di kejauhan yang begitu penuh, sementara ujung celananya jadi sedikit lembab karena gelombang dangkal berhasil menemukannya. Di antara lekukan jemari kakinya, pasir putih pantai terperangkap, lalu hanyut lagi begitu riak-riaknya kembali menyapu pesisir.
"Sudah hampir dua puluh tahun dari sejak terakhir kali kau kemari."
Taehyung menoleh ke samping dan mendapati Seokjin entah sudah sejak kapan berdiri di sebelahnya. Jauh di belakang pria itu, rumah pantainya terlihat sibuk. Halaman berpasirnya penuh oleh benda-benda dan beberapa pria dan wanita berseragam yang mulai melakukan tugas dekorasi. Kursi-kursi tamu berjejer, bunga lily dan mawar merah muda ditanamkan bersama pilar-pilar kecil yang tersusun membentuk dua garis, mengapit jalur berpasir di antara dua zona kursi. Di ujung jalur, menunggu sebuah meja kayu ukir bergaya Perancis, berpayung kanopi sederhana dari tirai sifon seputih gading. Semua pemandangan itu terlihat syahdu manakala biru laut yang menenangkan serta cahaya mentari yang mengintip di garis horison turut menjadi latarnya.
Altar pernikahan telah dipersiapkan. Dalam beberapa jam ke depan, dia sudah menjadi tamu yang duduk di salah satu kursi itu. Taehyung tersenyum, lalu lirikannya berlabuh lagi pada tatapan ramah Seokjin, "Ya. Aku tak pernah kemari lagi sejak Jungkook melempar kadoku ke dalam api unggun," balasnya. Dia mengenang kembali memori dari puluhan tahun silam, di saat usia Jungkook baru saja menginjak angka dua belas.
Seokjin menggeleng kecil. Garis bibirnya melengkung tipis selagi kehangatan menyebar di dadanya. Kenangan masa kecil mereka terasa manis lagi. "Dan sesudahnya, dia bersikeras pulang lebih cepat menaiki bus sendirian. Dia tersesat hingga Ganghwa Island. Paman sampai harus meminta bantuan polisi untuk menjemputnya, kau ingat?"
Datang sebagai anak dari istri kedua yang menghadiri ulang tahun saudara sambungnya sendiri di rumah adik dari istri pertama, sebenarnya kecanggungannya begitu kental. Tentu Taehyung masih ingat segalanya, dia bahkan masih bisa mengingat keciutan hatinya lagi walau peristiwa itu sudah berlalu lebih dari dua dasawarsa. Meniti kembali kenangan pahit yang sempat mengerdilkan harga dirinya seperti itu sama sekali bukan sesuatu yang menyenangkan. Tapi dia teringat pada binar mata bulat Jungkook yang naif, teringat pada usaha-usahanya sendiri yang selalu ingin mendekatkan diri walau Jungkook selalu pula menjadikan tubuhnya benteng bagi jiwa kecilnya yang rapuh. Kenangan ini tak jadi buruk. Jauh di lubuk hatinya, Taehyung masih merindukan sebuah ikatan persaudaraan yang tulus tanpa pamrih. Rindu pada tatanan keluarga yang hangat tanpa konflik.
Taehyung tertawa pelan, "Si bodoh itu," gumamnya. Dia merasakan tangan Seokjin singgah di pundaknya dan menepuk-nepuknya pelan, mengusapnya penuh tekanan seperti apa yang lumrah dilakukan oleh seorang saudara untuk berempati, lalu tangan itu terlepas lagi dari pundaknya.
"Sudah bertemu dengan Jungkook pagi ini?" tanya Seokjin.
Taehyung menggeleng, "Belum. Aku dan Bibi Song baru sampai satu jam yang lalu. Dia pasti masih tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Coeur | JJK x OC x KTH ✔️
Fanfiction[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ] Just another after divorce story, but definitely not the ordinary one ;) Bagaimana rasanya mendengar kabar t...