7. Dilema yang Tak Perlu

1.3K 263 130
                                    

Haii pembaca baruu yang rajin vote, selamat dataaang 😘😘 Aku senaaang liat yang rajin vote, baik reader lama yg loyal maupun yang baru.. Makasih yaa.. Ini persembahan akyuu buat kaliaan 💋

.

.

🔞 bab ini lumayan mature 🔞

.

.

Di pagi berikutnya, Hyunseo terbangun dengan kepala yang luar biasa berat. Dia bahkan harus berusaha keras untuk membawa dirinya duduk di sisi ranjang. Hyunseo kemudian mencoba mencerna situasi, mengapa dia terbangun seperti pemabuk berat yang hampir mati?

Bergelas-gelas anggur. Ya, Hyunseo ingat, tadi malam meminum banyak sekali anggur. Tapi kenapa?

"Oh, kau istri Kim Taehyung? Maksudku... Mantan istrinya? Sudah kuduga, aku pernah melihatmu. Wajahmu tidak asing."

Oh, sial. Hyunseo ingat sekarang.

Tadi malam benar-benar kacau.

Sebagai bentuk keramahtamahan sebelum melepas tamu istimewanya, pemilik lama penginapan memberi jamuan makan malam khusus untuknya dan Jungkook. Sudah lumrah jika sesama pelaku sekaligus pemilik industri maupun badan usaha skala masif saling mengenal, maka Hyunseo tak heran ketika si pemilik lama akhirnya mengenalinya sebagai wanita yang pernah menjadi pasangan sah Taehyung.

"Kalian sekarang bersama? Seingatku, dulu kau dan Taehyung bersahabat, betul? Wah, Tuan Jeon, bukankah itu sesuatu yang unik? Jangan salah paham, tapi aku belum pernah menyaksikan sesuatu seperti ini sebelumnya. Apa Taehyung tidak masalah ketika tahu kalian bersama? Dengar-dengar, dia sekarang juga sudah punya yang baru. Tapi aku salut padamu, Nona Park. Bisa jadi komunitas berpikir ini sebuah skandal, tapi kau terlihat bisa menanganinya dengan cukup baik. Luar biasa, hahaha!"

Maka suara tawa renyah yang berisik dari pria tua berperut buncit itulah yang kemudian membuat bergelas-gelas anggur singgah ke bibir Hyunseo. Beban pikirannya jadi bertambah. Sial sekali.

Hyunseo memeriksa badannya, memastikan bahwa semua lapis pakaiannya masih melekat sempurna, lalu merasa lega ketika semuanya terpasang utuh. Siapa yang tahu, kan? Biar bagaimana pun, Jungkook itu laki-laki normal. Kelewat normal malahan.

Sejurus kemudian, telinga Hyunseo menangkap suara senandung yang sayup, suara air keran yang mengalir, juga bunyi sentakan kecil yang nyaring pada permukan keramik.

Hyunseo melirik pada pintu kamar mandi yang sedikit memberi celah. Di sana, Jungkook terlihat khidmat mencukur wajahnya. Krim putih menutupi area rahang, pipi dan dagunya. Dia hanya mengenakan bawahan berupa celana kain hitam, membalut erat kakinya yang terlihat kokoh dan liat. Perawakannya jauh lebih besar dan menjulang jika berdiri membelakangi seperti ini. Otot-otot punggungnya kekar, ditambah lagi tato yang memenuhi lengan kanannya, merambat hingga belikat, wanita-wanita di kelab janapada pasti sudah gigit jari kalau tahu Hyunseo dapat menyaksikan ini semua.

Sesekali Jungkook menyentak pisau cukur manualnya pada tepian wastafel, lalu kembali mengesat sisi rahangnya perlahan, telaten, dimulai dari bawah dan mengarah ke atas. Mulutnya masih menggumamkan senandung nada, tidak tahu lagu apa. Yang pasti, walau hanya berupa hmm yang panjang, suaranya betul-betul merdu.

Untuk beberapa saat, Hyunseo terpana, lalu berandai-andai sendiri. Jika merujuk pada prinsip yin dan yang, kira-kira kesialan seperti apa yang akan mengekorinya jika pagi-pagi saja dia sudah disuguhi "keberuntungan" seperti ini?

Hyunseo hampir saja mati berdiri saat Jungkook tiba-tiba memutar badannya. Akibat pikirannya yang mengelana jauh, Hyunseo tidak sadar Jungkook sudah menyelesaikan ritual bercukurnya. Pria itu sudah hampir keluar dari pintu kamar mandi di saat otak Hyunseo secara impulsif menyuruhnya untuk secepat kilat kembali bersembunyi ke dalam selimut, berpura-pura masih terlelap, berpura-pura bahwa tidak sedikit pun aktivitas di kamar mandi terlihat dan terekam sempurna di dalam kepalanya.

Grand Coeur | JJK x OC x KTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang