6. Penantian Kosong

1.2K 255 128
                                    

Haiiii kechemu lagiihhh.. mau coba konsisten aplot tiap seminggu sekali tapi tetep aja gitu. namanya juga sok sibuk :')

 namanya juga sok sibuk :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ah! Sakit."

"Tahan. Sedikit... Sedikit lagi."

"Tuan Jeon, aku sudah tidak sanggup lagi."

"Sebut namaku, Hyunseo. Bukankah kita akan resmi menikah sebentar lagi?"

"Ju-Jungkook, hentikan. Aku... aku benar-benar tidak sanggup lagi. Tidak akan muat, ah!"

"Ya Tuhan, Hyunseo. Kenapa sempit sekali?"

"Tuan, Nona, kalian harus berhenti melakukannya kalau tidak mau membayar ganti rugi gaun yang akan kalian rusak."

Jungkook menghela pasrah. Dua tangannya menyerah setelah selama beberapa menit mencoba menarik ritsleting yang memanjang dari pinggang belakang hingga pertengahan pundak Hyunseo. "Apa tidak ada ukuran di atas ini?"

Wanita berjidat selicin dan sekaku vinyl dengan nametag bertanda pramuniaga itu menggeleng dan memasang wajah kecewa yang palsu. "Sayangnya untuk semua gaun siap pakai pada butik, kami hanya menyediakan satu ukuran, satu model, dan pastinya hanya berwarna putih."

"Tidak apa," Hyunseo berpaling pada pelayan butik tersebut walau masih kuwalahan mengatur nafas akibat gaun ketat yang masih membebat dadanya, "Bawakan saja aku gaun lainnya yang satu ukuran lebih besar."

"Oh, saya punya satu gaun berpotongan klasik," si pelayan berseru seperti baru saja menemukan ide yang revolusioner. "Apa anda mau melihatnya dulu, Nona?"

"Satu ukuran lebih besar?"

"Ya, ukuran 6."

Hyunseo mengangguk, "Tolong, bawa langsung saja ke meja kasir. Kami akan membelinya tanpa mencoba."

"Anda yakin, Nona? Pengembalian hanya bisa dilakukan jika terdapat cacat produksi, bukan karena hal selain itu."

Ini hari Sabtu, belum waktunya berlibur bagi perawat mana pun di Grand Willow Memorial. Meminta ijin terlambat dua jam membuat Hyunseo harus menggunakan kesempatan seefisien mungkin kalau tidak mau Hong Bokja si suster kepala membuatnya mendapatkan surat peringatan. Lagipula ini hanya pernikahan palsu, dia tidak mau terlalu ambil pusing hanya karena masalah sepotong gaun putih. Itu sebabnya Hyunseo menggeleng, "Tidak usah, satu ukuran di atas ku, kan? Aku yakin itu gaun yang kuinginkan," Maka si pelayan pun beranjak keluar dari ruang ganti dan menutup pintu dengan gerakan santun.

Ruang ganti itu cukup besar jika harus disebut ruang ganti, hampir sebesar kamar flat tipe paling sederhana. Ada cermin tinggi yang mengelilingi tiap sudut segi enamnya dan sebuah panggung mini di tengah-tengah, tempat Hyunseo berdiri kini. Lantainya tertutup oleh karpet merah persia yang mewah, tirainya berupa beludru berwarna senada. Sebuah sofa empuk diletakkan membelakangi pintu masuknya, dan di tiap sisi dinding, di antara cermin-cermin yang menjulang, tertanam lampu bergaya eropa yang indah. Kalau saja bukan karena gaun yang dikenakannya terasa makin tak nyaman, Hyunseo betah berlama-lama di dalamnya. Ini kali kedua Hyunseo mengunjungi butik gaun pengantin kelas atas, setelah pengalaman pertamanya dulu bersama... Ehem! Lupakan. Tapi butik yang ia datangi kali ini betul-betul tahu bagaimana membuat pengunjungnya jatuh cinta tidak hanya pada mempelai pria mereka.

Grand Coeur | JJK x OC x KTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang