[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ]
Just another after divorce story, but definitely not the ordinary one ;)
Bagaimana rasanya mendengar kabar t...
Coba aku mau liat, yang nungguin Grand Coeur up nyampe 20 ga untuk malam ini? Komen yaww.. Karena kalo ga nyampe, aku mau nyambung cerita satunya dulu hehee..
Edited: Waaaah ternyata belum jam 5 udah 22 votes dan 19 komen dari akun berbeda, pliisss kakak2 pembaca di sini daebak sekaliiii 😭😭❤❤❤ aku upnsekarang jadinya 😆
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Taehyung, ini kopimu."
Taehyung mengangkat wajahnya yang sudah beberapa menit ini hanya menekur menatap meja di bawah sikunya. Di hadapannya, Bibi Song meletak secangkir kopi panas hitam tanpa gula dengan hati-hati. Bunyi dentingan akibat gesekan di antara keramiknya terdengar jelas di tengah ruang kerja milik Taehyung yang sunyi. Pukul tujuh malam seperti ini biasanya Woojin akan menyusulnya kemari, bermain di pangkuannya selagi Taehyung mengambil jeda untuk beristirahat sejenak dari berkas-berkas kerja yang membuat punggung dan lehernya sakit, namun kali ini tidak ada tanda-tanda Woojin akan bertandang.
"Di mana Woojin?" tanya Taehyung.
"Sudah tidur. Tadi Woojin tidak sempat tidur siang, jadi dia langsung terlelap sesudah makan malam," Bibi Song menjawab sambil menarik lagi nampan ke dalam dekapannya. Saat sudah berniat mundur, matanya justru terpaku pada selembar foto di sudut meja Taehyung yang sepertinya dikeluarkan untuk kemudian terlupakan. "Kau memikirkan foto itu lagi?"
