24. Sendiri

1.2K 213 37
                                    

Masih adakah yang menanti cerita ini? 👀 Jangan lupa komen ya, biar cantiknya ga ilang 💅

.

.

Hyunseo terbangun dengan pegas kasur yang berguncang kecil. Malam itu, badai peralihan musim menderu di luar jendela kamarnya. Kabel-kabel listrik bergoyang kencang. Jutaan serpihan putih salju berputar-putar seperti terjebak dalam turbin angin raksasa yang tak kasat mata. Di depan wajahnya, Woojin masih tenggelam dalam mimpinya. Anak itu baru saja mendapatkan banyak keinginannya dalam satu malam; permen gula kapas merah muda, beberapa mainan, juga sang ayah yang turut menemaninya tidur.

Hyunseo tersentak. Dia mengangkat kepalanya lebih tinggi dan menemukan Taehyung tidur di balik punggung Woojin. Dia harusnya tidak perlu terkejut lagi seperti ini, tapi mendapati satu tangan pria itu menggenggam tangannya yang sedang bertumpu di atas badan Woojin, dia mendadak berdebar.

Taehyung bersamanya. Menggenggamnya. Memberinya sebentuk rasa aman yang telah lama hilang. Suara-suara yang terdengar mulai menipis, lalu menghilang. Kini keheningan begitu nyaring di telinga Hyunseo. Dia memegang dada dengan tangannya yang lain, merasakan detak jantung yang nyaris menembusnya itu perlahan memelan, mengubah tempo menjadi lebih lambat dari sebelumnya, membuat seluruh sistem tubuhnya seperti baru saja melepaskan simpul yang ketat, hingga semuanya berubah menenangkan.

Gelap malam, badai yang mengurung rumah sederhananya, keberadaan Woojin, juga Taehyung yang sedang menggenggam tangannya, ini semua menarik Hyunseo pada kedamaian yang tak lazim. Reminisensi masa lalu, kenangan indah, semua itu seakan mengalir dari hangatnya tangan Taehyung yang menyungkup punggung tangannya. Dunia Hyunseo seakan mengecil. Dan di dalam dunianya yang mengecil itu, hanya ada dirinya, Woojin, Taehyung, juga badai dan pekatnya malam yang memagarinya dari kekacauan di luar sana. Dia terjebak, pada sesuatu yang lama dirindukannya. Tapi mengapa rasanya ini masih begitu salah?

Pelan dan hati-hati, Hyunseo menarik tangannya. Dia tidak bisa membiarkan ini lebih lama. Lebih baik dia memebentang satu selimut tebal di lantai, di samping tempat tidur dan menambahkan bantal kepala, tidurnya akan tetap terasa nyaman. Namun ketika dia baru saja menarik sedikit tangannya, jemari panjang Taehyung tiba-tiba merematnya lebih erat. Hyunseo terkejut. Tangannya tertahan. Di hadapannya, mata Taehyung sudah terbuka walau kelopaknya masih diberatkan oleh kantuk.

"Jangan pergi," sebut Taehyung. Vokalnya redam di tengah-tengah suara alam yang mengamuk, tapi Hyunseo masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Tidak ada jawaban yang sanggup Hyunseo beri. Faktanya, tidak ada satu suara pun yang sanggup ia keluarkan. Dia benar-benar membeku. Sebagian karena tidak tahu harus bagaimana--tangan Taehyung masih menggenggamnya kuat, sebagian lagi karena pria di hadapannya itu bangkit perlahan, melintasi tubuh mungil Woojin dengan hati-hati, hingga dalam sekejap, dia sudah mendorong Hyunseo rebah di bawahnya.

Taehyung menunduk. Dia memberi satu kecupan pada bibir yang tak bisa Hyunseo tolak, dan dipikirkan berapa kali pun, ini salah, tapi tetap saja Hyunseo menyambut semuanya. Sesuatu di dalam dirinya mengiginkan Taehyung, dan dia terlalu bodoh karena membiarkan ciuman itu terjadi semakin dalam, melumat bibir bawahnya, membelit lidahnya, membuatnya meloloskan desahan selagi merasakan Taehyung tersenyum puas, hingga akhirnya gerakan Woojin yang gelisah ketika bermimipi lekas menyadarkannya.

"Aku tidak bisa," tolak Hyunseo. Dia memisahkan ciuman mereka dan mendorong badan Taehyung menjauh. "Maaf, tapi ini terlalu cepat."

"Terlalu cepat?" Suara Taehyung nyaris berbisik. Dia masih menaungi Hyunseo dengan raut yang terlihat gusar. "Apa yang membuatmu berpikir ini semua terlalu cepat?"

Grand Coeur | JJK x OC x KTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang