Bagaimana Sebuah Kisah Dimulai?

2.3K 282 80
                                    

Psssst. Untuk saat ini, cerita ini masih aman buat bulan puasa dan malam lailatul qadar 😂 haiiii selamat datang di cerita baruku (lagi). Black Bird In Blizzard aku unpub dulu krn yang baca ga banyak wkwkwk.. (macam yang ini bakalan banyak aja lah yang baca) tapi krn cerita itu bakalan terlalu deep dan dark, aku skip dulu deh, kasih yang ringan-ringan dulu yaaa.. As always, tydac bysa kalao tydac make dua2 pria kesayanganku ini :')

.

.

Hyunseo sedang menebak-nebak, jika kisah hidupnya dituang dalam sebuah tulisan, kira-kira seperti apa kalimat pembukanya?

Dahulu, pernah hidup sebuah keluarga bahagia, begitu? Tapi tiga tahun berumah tangga dengan Taehyung hingga dikaruniai seorang anak lelaki berusia dua tahun yang menggemaskan, kisah mereka justru beku di musim panas tahun lalu.

Alkisah, hiduplah seorang wanita menjelang dua puluh tujuh yang berjuang seorang diri sebagai orang tua tunggal setelah menjanda hampir setengah tahun lebih. Ah, ini juga terlalu dangkal, tidak menarik dan tidak mengikat minat pembaca yang baru saja membuka halaman pertama. Bisa-bisa ceritanya ditinggal bahkan sebelum mereka mulai melengkungkan ujung kertas di bawah untuk berpindah ke halaman berikutnya.

Takdir. Bagaimana kalau dimulai dengan membicarakan hal yang satu ini?

Hyunseo, seorang perawat muda di sebuah rumah sakit prestisius di Seoul, selalu percaya bahwa takdirnya bukan sesuatu yang singularis. Menurut kadar kebijaksanaan Hyunseo yang kala itu belum bisa dikatakan mumpuni, takdirnya akan selalu berkaitan dengan takdir milik manusia lainnya, melebur hingga tidak akan pernah menjadi sesuatu yang tunggal—bukan untuk berdiri sendiri.

Misalnya ketika Hyunseo tak sengaja meninggalkan dompetnya pada sebuah gerai kopi di pinggir jalan empat tahun lalu, takdirnya lekas berhimpitan dengan takdir milik seorang pria bernama Kim Taehyung. Dompet dari kulit sintetis yang tak lagi cemerlang itu berpindah ke tangan besar milik si pria, berkelana dari gerai kopi kecil di pelataran jalan menuju pos polisi setempat hanya untuk singgah sementara, lalu dibawa kembali oleh si pria bertangan besar menuju sebuah kantor perusahaan multinasional ternama, menjelajahi lantai demi lantai gedungnya yang setinggi anak gunung, untuk kemudian tergeletak pasrah di sisi komputer lipat termutakhir milik si pria.

Chief Executive Officer, tulis papan namanya, tepat di bawah selarik hangul KIM TAEHYUNG. Semalaman dompet malang kusam itu bergeming, Taehyung tak mengijinkan siapa pun memindahkannya. Lagipula hanya terdapat beberapa lembar won yang hanya cukup untuk membeli seporsi kimbab bungkusan, tidak akan ada pegawainya yang tertarik untuk mengutil dompet lusuh dengan isi semacam itu. Namun, Taehyung punya alasan kuat mengapa setelah polisi membuka dompet tersebut di hadapannya beberapa waktu lalu (yah sekadar standar operasional untuk memastikan bahwa mereka sama-sama melihat apa yang ada di dalamnya, memastikan tidak ada yang mengambil sesuatu pun), Taehyung tahu, dia harus bertemu langsung dengan sang pemilik; seorang perempuan muda yang foto separuh badannya terpampang di sana.

"Maaf, aku berubah pikiran. Aku akan mengurusnya sendiri, jangan khawatir."

Semudah itu, Taehyung mendapat kepercayaan penuh dari petugas polisi untuk diserahkan mandat seutuhnya—mengantarkan dompet hilang secara langsung ke si pemilik. Satu teori terbukti di sini; setelan mahal punya keistimewaan tersendiri di tengah-tengah dunia yang kapitalis.

Ngomong-ngomomg ... apa, sih, kekuatan yang bisa dimunculkan hanya oleh selembar foto perempuan muda?

Kalian pasti berpikir ini yang disebut cinta pada pandangan pertama, bukan? Tidak. Taehyung hanya merasa begitu terikat dengan sosok di dalam foto. Dia bukan siapa-siapa, tapi mengapa Taehyung merasa mereka pernah bertemu sebelumnya? Deja vu menariknya kuat hingga menghempasnya ke dasar memori tak bertuan. Apa mereka kawan satu sekolah? Ketika SD mungkin?

Grand Coeur | JJK x OC x KTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang