16: Martabak spesial

50 11 6
                                    








Aya:
A
Malem ini pulang gak?
Mau dinner di rumah apa di kantor?

Edward baru membaca pesan dari Aya yang dia kirim kurang dari setengah jam yang lalu.

Edward:
Pulang
Kenapa emang?

Aya:
Abis dari mall, aku main ke kosan dulu
Aku mau beli nasi uduk di daerah sini, enak banget, A. Kamu mau gak?
Buat makan malem

Edward:
Oke
Sekarang masih di kosan?

Aya:
Iya
Ini mau otw warung nasi uduknya

Edward:
Jangan pergi
Aku jemput sekarang, kamu tunggu di kosan

Aya:
Gak usah atuh, A
Kamu teh masih kerja
Aku pulang naik grab aja

Edward:
Aku udah di jalan
Awas kalo pergi

Edward bergegas keluar dari ruangannya selesai mengirim pesan peringatan pada Aya. Soalnya perempuan ini, kalau nggak dikasih ancaman bakal terus ngeyel. Heran, deh, Edward. Cewek tuh biasanya kalau diberi perhatian suka senang, Aya malah sering nggak mau. Istri macam apa coba, yang lebih milih naik kendaraan umum daripada dijemput suaminya. Kan Edward jadi geram.

Beruntung lalu lintas sore macetnya masih level biasa, sehingga tidak terlalu lama bagi Edward untuk sampai di tempat tujuan. Langsung saja Edward turun dari mobil menghampiri Aya yang sudah berdiri di depan gerbang.

"A." Sapa Aya. "Kamu udah selesai kan kerjanya?"

"Itu kantor punya aku! Selesai atau enggak, gak ada yang marahin." Edward berkata sambil membukakan pintu untuk Aya masuk.

Seperti sudah otomatis, Edward memastikan Aya duduk dengan nyaman terlebih dahulu sebelum menutup pintu, kemudian berputar ke arah kursi kemudi.

"Lurus, A."

Edward mengikuti arahan istrinya. Yang kemudian terus mengarahkan sampai mobilnya melaju di jalan raya.

"Di situ, tuh. Warung nasi uduknya."

Edward menoleh ke tempat yang Aya tunjuk, tak lama ia pun memberhentikan mobilnya di depan warung tersebut.

"Sebenernya aku teh pengen beli pecel juga. Boleh minta tolong gak?"

Edward yang hendak membuka seatbelt menoleh, "Apa?"

"Kamu beli nasi uduk, aku beli pecel sayur. Gak jauh, kok. Jalan sebentar nyampe."

"Aku aja yang beli pecelnya."

"Jangan, A." Aya menolak halus. "Aku aja. Please... Kamu tunggu di sini. Nanti kamu pilih sendiri mau side dish apa."

"Oke."

"Kamu mau juga nggak?"

"Faedahnya apa, nawarin pecel sayur ke orang yang gak suka sayur?"

Aya tersenyum kikuk. "Mungkin aja, hati kamu tergerak makan sayur gara-gara pecel."

"Makan pake mulut, Ay... Bukan pake hati." Edward tertawa lepas.

Sekarang Edward nggak kaget lagi kalau mendengar perkataan Aya yang kadang nyeleneh. Walau diam-diam gitu, Aya orangnya lucu juga. Mungkin karena dia suka nonton acara lawak di tv, atau aslinya memang lucu.

HAJARENDRA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang