11: Mas kawin

52 9 9
                                    

Selamat membaca

"Serius gak sih dia pacaran sama Mas Edward?"

Aya mengurungkan niatnya untuk melangkah usai keluar dari salah satu bilik toilet. Dirinya baru saja mendengar nama Edward disebut.

"Serius. Gue liat sendiri, kemaren dia jalan berdua. Terus kan Mas Edwardnya balik lagi kesini nganterin Si Aya, dia nunggu sampe kerjaannya selesai. Terus mereka pulang bareng."

"Pas berangkat siangnya juga, Mas Edward tuh bukain pintu mobilnya buat Si Aya, kayak gimana cowok lo nge-treat lo aja."

Aya mematung di tempat, masih terus menguping pembicaraan entah berapa wanita yang Aya kira membicarakannya di depan westafel.

"Fix sih, Si Aya gak bohong. Mereka pacaran."

"Tapi gimana bisa ya? I mean, cewek modelan Aya gitu, bukan maksud gue menghina, but we're better than her, kok bisa sama Mas Edward yang--- lo tau, dia produser muda yang namanya cukup diperhitungkan."

"You know, Edward is such a hot badboy. Paling gak jauh-jauh dari--- body and sex, maybe. "

"Bisa juga. Tapi Si Aya tuh kayak cewek yang lurus-lurus aja."

"Jaman sekarang banyak cewek yang covernya gimana, aslinya gimana."

"Kalah lo, Bi, sama Aya. Masih mau naksir gak sama Edward? Apa masih mantengin IG nya?"

"Sialan lo! Kayaknya enggak, deh. Cari yang lain aja."

Tak ada yang bicara setelahnya. Aya pun keluar dari tempat persembunyian dan mendapati tiga wanita berdiri di depan cermin besar westafel.

"Eh?!" Salah seorang menyadari keberadaan Aya.

Ia pun sengaja menghampiri westafel untuk mencuci tangan. "Kenapa, Mbak?"

"Enggak, gak apa-apa." Jawab perempuan yang mengenakan blazer mocca.

"Ohhh... Yaudah. Tapi Mbak jangan mikir yang aneh-aneh, apalagi diomongin, itu namanya fitnah. Edward tampilannya aja yang bad boy, tapi dia bukan cowok brengsek, kita juga belum pernah having sex, saya gak nyerahin badan, Edward gak pernah nyentuh saya macem-macem. Paling cuma pegangan tangan. Itu juga pas udah pacaran. Oke, mungkin kalo cewek macam saya pacaran sama Edward kesannya gak tau diri, gak ngaca, saya faham kok, tapi saya sama sekali nggak ngegodain Edward biar dijadiin pacarnya."

Usai membungkam tiga wanita itu, Aya keluar dari toilet.

Biasanya Aya selalu diam, bersikap apatis, dan hanya memikirkan sendiri perkataan orang lain. Tapi mereka menjelek-jelekkan Edward, padahal Edward baik dan menghormati perempuan. Aya nggak rela Edward dinilai seperti itu.

Aya juga tidak menampik jika perkataan mereka melukai hatinya. Secara tidak langsung, mereka mengatakan Aya wanita murahan, tentu itu menyakitkan. Namun hal tersebut tidak asing bagi Aya, beberapa kali Aya mendapati dirinya dibicarakan di belakang. Di depan, orang-orang memang tidak peduli, namun Aya merasa seringkali orang memandangnya dengan tatapan menghakimi.

🍀

Aya:
Ada apa A?
Maaf banget, baru bales, hp aku tadi di charge

HAJARENDRA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang