1: HJ

128 13 0
                                    

Cantik, putih, tinggi, langsing, definisi kecantikan seperti itu tidak sepenuhnya menggambarkan sosok Cahaya Nirmala. Putih? Warna kulitnya memang putih. Langsing? Tubuhnya tidak termasuk dalam kategori gemuk. Tinggi, tingginya hanya 148 cm.

Aya, sapaan akrabnya, dia hanya gadis desa yang merantau ke Ibukota untuk bekerja. Penampilannya sederhana, selalu dengan kemeja, blouse, ataupun kaos lengan panjang di hari-hari biasa dengan setelan celana atau rok panjang. Dan selalu mengenakan kacamata berbingkai tebal.

Namun malam ini, kesan cupu pada dirinya hilang, kacamata yang kerap bertengger di hidungnya diganti dengan lensa kontak oleh teman satu kosannya yang bertugas merias wajah Aya, namanya Mbak Ima. Kebetulan dia memiliki usaha salon, Mbak Ima juga menata rambut Aya yang panjangnya sebokong dengan membuatnya bergelombang, lalu rambut di sisi kanan dan kirinya dijepit ke tengah mennggunakan jepitan pita besar berwarna merah. Seragam office girl yang biasa Aya kenakan tiap bekerja pun berubah menjadi blouse putih dengan setelan rok di bawah lutut.

"Udah beres semua kan?" Salah seorang staff bertanya pada Aya.

"Udah, Mas."

"Yaudah. Lo stand by disana."

"Iya, Mas." Aya mengangguk singkat.

Saking fokusnya memperhatikan sekitar, Aya tidak sadar sampai merasakan sesuatu menubruk bahu kirinya. Sakitnya sih nggak seberapa, tapi kagetnya itu, kaget banget.

"Sorry!" Ucap pemuda yang menabraknya.

"I-iya, Pak. Maaf." Aya membalas kikuk ucapan lelaki tersebut. Dilihat dari pakaiannya, sudah jelas kalau lelaki yang menabraknya ialah tamu.

"Edward!" Lelaki itu menoleh.

Bu Naya, istri dari Pak Bima yang merupakan bos perusahaan tempat Aya bekerja, beserta ibunya Pak Bima telah ada di dekat mereka. Aya yang mulanya mau melipir langsung membatalkan niat tersebut.

"Mbak Aya!" Sapa wanita itu seraya tersenyum.

"Iya, halo Bu Naya, halo Bu Asti."

"Mbak Aya cantik banget."

Aya tersipu. "Makasih, Bu. Eung--- kalo gitu, saya permisi dulu. Mari, Bu."

Akhirnya Aya menjauh dari tiga orang itu. Nggak tahu cowok yang namanya Edward itu siapa, mungkin adik atau sepupunya, soalnya mirip Pak Bima.

Kalau Bu Naya, beliau memang istri bos yang baik hati nan ramah. Tapi Aya mulai akrab sama beliau sejak dua bulan lalu, waktu itu Aya sengaja memeriksa toilet sebab tiba-tiba melihat Mbak Naya berjalan cepat sambil menutup mulut. Lalu setelah ditunggu lama, Bu Naya tidak kunjung keluar, Aya mendobrak pintu dan menemukan Bu Naya pingsan di dalam toilet. Beliau sakit karena sedang hamil, itu yang Aya dengar dari penjelasan dokter di klinik saat ia mengantarnya.

Tak butuh waktu lama bagi Aya untuk mengetahui siapa orang yang menabraknya tadi. Lantaran duduk di barisan belakang, Aya jadi bisa menggosipkan para tamu yang hadir karena banyak juga publik figur yang Aya kenal. Wajar, perusahaan tempat Aya bekerja ialah production house.

"Itu adek nya Pak Bima." Teman di sampingnya memberi tahu.

"Oh..."

HAJARENDRA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang