8: Make a deal

58 9 0
                                    


"Kak Edward ngasih apa, Beb?"

Baru Aya menelan nasi dan lauk dari suapan pertamanya, Cici memulai percakapan. Caca, Mona, Echa, beserta Mbak Ima pun turut mrmandang Aya.

"Belom dibuka."

"Teteh gak penasaran?" Mona menanggapi. "Gue mah kalo dapet surprise langsung dibuka. Apalagi dari orang yang spesial."

"Masih kaget gue. Kayak--- dia tiba-tiba ngasih hadiah. Terus bingung juga."

"Bingung apanya?" Sambung Cici.

"Kalian lagi berantem?"

Tebakan Mbak Ima yang seratus persen benar membuat Aya tertohok. Tapi ia segera mengatur ekspresi senormal mungkin agar tak ada yang curiga.

"Enggak. Cuma..." Aya berpikir sambil meneguk air. "Edward tuh orangnya cuek. Terus tiba-tiba ngasih bunga."

"Itu romantis, Sayang!" Sambar Cici.

"Cowoknya Aya nih kayaknya, cowok yang keliatannya cuek tapi actionnya mantep--- Ken!" Mbak Ima beralih memperingatkan anaknya yang makan terpisah di depan tv sambil menonton kartun. "Makan yang bener! Mainannya taro dulu!"

"Iya, Bunda!" Bocah berumur empat tahun itu pun menurut.

"Abis ini unboxing, ya. Disini. Gue penasaran." Pinta Cici.

"Hmm." Aya mengangguk pelan.

Selesai makan, mereka mencuci piring bekas masing-masing dan kembali berkumpul di ruang tengah yang biasa digunakan untuk menonton tv sekaligus makan bersama.

Aya mengeluarkan hadiah yang Edward beri beserta sebuah cutter dari dalam kamar. Ia pun duduk, sementara yang lain menatap penasaran sambil melirik ke arah ponsel, sebagaimana orang zaman sekarang yang tak bisa lepas dari gawai.

Aya membuka kertas pembungkus kotak berwarna merah tersebut menggunakan cutter, yang lain menunggu saja Aya membukanya dengan sangat hati-hati. Mereka mewajarkan, namanya hadiah dari pujaan hati, dibukanya harus pakai hati. Sampai Aya berhasil membuka semuanya, dia mengangkat sebuah mini bag berwarna rose pink kemudian membuka lipatan kaus berwarna mint.

"Anjir! Balmain!" Mona reflels memekik begitu membaca logonya.

Kemudian Echa memegang tasnya. "Ini Marc Jacobs."

"Ori gak nih?" Tanya mona lagi.

"Modelan Bang Edward gak mungkin ngasih KW, Shay! Doi lelaki berduit."

Jawaban Cici kontan membuat Aya tertegun. Kepalanya tertunduk, memandangi kaus pemberian Edward yang ia genggam.

"Berapa, Cha? Harganya?" Pertanyaan Cici kepada Echa yang memeriksa harga dua barang di ponselnya membuat Aya mendongak.

"Kaos Balmain empat juta, Marc Jacobs lima juta tiga ratus." Echa mengulurkan ponselnya ke hadapan Aya, "Nih!"

"Aduh gusti... Gaji dua bulan ini mah. Itu ge masih lebih."

"Coba cek dalemnya, Teh. Kali ada surat." Caca menyarankan.

Aya menuruti dengan merogoh bagian dalamnya, dan menemukan sebuah kotak kecil.

HAJARENDRA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang