21: Beautiful pain

80 12 14
                                    

Reaksi yang Edward dapati ketika pulang sore ini ialah ekspresi wajah Aya yang terheran-heran.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Kaget. Kirain kamu pulang nanti."

"Aku sengaja pulang lebih awal."

"Biar apa?"

"Biar istriku seneng."

Aya tertawa kecil.

Lelaki itu duduk di hadapan istrinya yang sedang mengupas rempah-rempah. "Masak apa?"

"Terong balado, sama sop iga."

Edward manggut-manggut.

"A, kamu tau nggak?"

"Enggak."

Aya memutar bola matanya kesal, sementara Edward tertawa meledek.

"Aku ada info."

"Info apa?"

"Yusuf sama Cici jadian."

"Bagus, dong..."

"Hm-mm."

Senyum Edward terbit begitu melihat wajah istrinya tersenyum.

"Aku juga punya info terbaru." Sambungnya.

"Apa?"

"Alasan aku pulang awal, ada yang mau aku tunjukin ke kamu."

"Apa?"

Edward berdiri lalu membuka blazer beserta kaos yang dikenakannya, kemudian berpindah ke kursi sebelah Aya.

"I made this." Ucapnya seraya menunjuk tato yang baru ia buat tadi siang di punggung atasnya.

Aya berdiri, kepalanya ia tundukkan untuk melihat tato Edward lebih dekat. Tato yang persis di tengah punggung bagian atas dekat leher itu bergambar mahkota ratu dengan tulisan 'Nirmala' di bawahnya.

Wanita itu tertegun cukup lama. Sehingga Edward menoleh untuk bertanya. "Kenapa?"

"Enggak."

"Gak suka ya?"

"Enggak. Bukan gak suka, tapi ini tato, A..."

"Aku tau, dan aku sadar." Ucapnya dengan yakin. Ia pun memutar tubuh menghadap Aya kemudian menunjuk bagian atas dada kirinya. "And this..."

Lagi-lagi Aya terkejut sekaligus terharu. Ukiran tato yang ada di dada Edward bertuliskan 'Cahaya'.

"You like it?"

Aya mengangguk. "Sure! Makasih banyak, ya..."

"Sama-sama."

"Sakit gak?"

"Sakit apanya?"

"Pas ditato."

HAJARENDRA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang