Selamat membaca
❤️''Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh." Edward membuka pembicaraannya dengan salam.
"Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh."
"Mohon maaf sebelumnya, jika perkataan saya kurang berkenan. Saya, Edward Hajarendra Adiyaksa. Kedatangan saya kesini, untuk bertemu keluarga dari Cahaya Nirmala, puteri dari Bapak Wahid dan Ibu Imas. Saya bersama keluarga saya yang hadir di sini, ingin meminta izin dari Bapak dan Ibu untuk melamar Cahaya. Semoga Bapak Ibu berkenan menerima lamaran saya, terima kasih.'' Ucapnya dengan penuh keyakinan.
''Baik, terima kasih kepada Ananda Edward Hajarendra beserta keluarga, yang sudah memilih puteri saya." Bapaknya Aya menimpali. "Untuk jawabannya, saya serahkan semua kepada puteri saya. Silakan.''
Edward mengalihkan pandangan dari bapaknya Aya ke puterinya. Di sana, Aya duduk di sebelah mamahnya, dia kelihatan anggun dengan kebaya berwarna sage. Rambutnya disanggul rapi dengan hiasan jepit rambut bunga di sisi kiri.
"Cahaya Nirmala." Edward menatap kedalaman mata gadis itu sebelum melanjutkan. "Aku minta kamu secara langsung di hadapan keluarga kita, apa kamu bersedia menikah denganku? Jadi istri aku, jadi pendamping hidup aku. Kamu bersedia?"
"Iya, aku bersedia."
Jawaban tersebut langsung terlontar dari Aya, tanpa jeda setelah perkataan Edward. Sehingga setelahnya Edward menambahkan, "Kamu yakin?"
"Yakin."
Kedua sudut bibir Edward tertarik sempurna, bersamaan dengan ucapan syukur disertai senyum dari keluarga yang hadir di ruang tengah Aya.
Edward tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa ia akan melamar seorang gadis dalam keadaan seperti ini. Maksudnya adalah, Edward tidak dalam keadaan mencintai gadis itu. Namun entah kenapa, Edward sangat yakin terhadap keputusannya.
Tibalah kini pada proses pemasangan cincin. Edward maju ke tengah-tengah, disusul Aya. Lelaki itu mengambil kotak beludru merah dari saku blazernya. Edward membuka, lantas mengeluarkan cincin yang ada di dalamnya.
"Sorry." Edward berkata sebelum meraih telapak tangan Aya.
Tangannya dingin dan lembab. Terasa getaran samar-samar ketika Edward mengenggam telapak tangan dan sebelah tangannya memasangkan cincin ke jari manis Aya.
Netra keduanya bersitatap sejenak usai cincin tersemat di jari manis Aya, sebelum gadis itu menunduk. Lalu seperti biasa, ada yang maju dengan ponsel kameranya untuk memotret. Yorikho ikut-ikutan maju. Edward dan Aya memulai dengan pose klasik khas orang lamaran yaitu pamer cincin.
"Abang deketan!" Yorikho mengarahkan.
Edward meminta persetujuan Aya lewat tatapan, soalnya kelihatan sekali kalau Aya canggung, takutnya dia nggak nyaman. Aya membalasnya dengan senyum tipis, artinya setuju. Edward pun mendekat lagi, Yorikho mengarahkan dengan gestur agar Edward menggenggam tangan Aya yang menunjukkan cincinnya.
🍀
"Ini nih! Yang abis lamaran."
Kedatangan Aya disambut suka cita oleh para tetangga yang lagi ngopi di warung Pak RT. Dua hari setelah acara lamarannya di Bogor, Aya pulang lagi ke Jakarta dan sampai siang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAJARENDRA
Fanficft Kim Hong Joong of Ateez Terus disinggung soal pacar, Edward nekat menembak perempuan yang baru dikenalnya. Tidak sesimpel saat Edward memintanya menjadi pacar dan dia pun menjawab iya. Edward yang tidak peka dan emosian justru berpacaran dengan p...