A House?

116 19 2
                                    

Kuroo berputar disekitar rumahnya dengan tatapan yang terpana. Sedangkan Tsukishima berdiri di ambang pintu dengan pandangan yang tertunduk dan sesekali menggaruk tengkuknya, kikuk. Tak lama kemudian suara kikikan Kuroo terdengar dari dalam rumah.

Tsukishima mengangkat kepalanya, matanya menangkap sosok Kuroo yang tengah duduk di lantai dan sesekali mengusap lantai tersebut. Mungkin memang Kuroo adalah contoh orang yang senang mendramatisir segalanya.

"Apa yang kau lakukan pada rumahku?" tanya Kuroo diselingi dengan tawanya.

"Aku hanya membersihkan sedikit," jawab Tsukishima, sekarang ikut duduk di lantai dengan postur kakunya. "Kupikir kau tidak akan menerima uang dariku, jadi aku membayarnya dengan cara lain."

Kuroo mengangguk-angguk. Matanya kemudian menangkap tumpukan dari pakaian dalamnya yang ditutupi secara asal menggunakan beberapa lembar kertas. Yang jujur saja, tidak menutupi apapun, bahkan jika ada tamu selain Tsukishima disini maka Kuroo akan kesulitan menyembunyikannya.

"Kau pintar menyembunyikan sesuatu ya," ucap Kuroo sarkastik. Tangannya mengambil tumpukan itu dan dijejalkannya menuju kotak kardus dibawah ranjang.

Melihatnya membuat Tsukishima mengernyit tanpa sadar. Ia yakin dengan sepenuh hati Kuroo akan melupakan hal itu dan berakhir dengan menjadi sarang serangga atau mungkin bisa menjadi sarang hewan pembawa penyakit. Membayangkannya saja membuat Tsukishima bergidik ngeri.

Menyadari air wajah Tsukishima yang berubah, Kuroo semakin menjejalkan barang pribadinya tersebut dan mendorong kotak kardus itu ke bagian terdalam di bawah kasurnya. Ia kemudian menutupinya dengan tubuhnya yang sengaja ia sandarkan ke kasur. 

Kuroo berdeham untuk membuat Tsukishima kembali fokus. Terbukti berhasil, Tsukishima merilekskan otot wajahnya, kedua alisnya yang hampir bertaut kembali turun. 

"Terima kasih sudah memberi tempat untuk aku beristirahat," ucap Tsukishima. Ia membungkuk seadanya sebagai tanda hormat.

"Itu bukan apa-apa," Kuroo mengibaskan tangannya cepat, "kau bisa tinggal untuk beberapa waktu."

"Terima kasih," kembali Tsukishima membungkuk, "tapi, aku tidak bisa. Rasanya akan aneh jika tinggal disini terlalu lama," ungkap Tsukishima. Tidak sadar bahwa perkataannya sedikit menyakiti sang pemilik rumah.

Kuroo mengangkat kedua alisnya dan pandangannya ia buang ke arah lain. Aneh. Ia selalu berpikir dua orang lelaki tinggal bersama bukanlah hal yang aneh. Mungkin melihat pakaian dalam dari orang yang tidak terlalu akrab adalah penyebab Tsukishima mengatakan kata 'aneh' tersebut.

"Kau akan pergi?" tanya Kuroo setelah berdamai dengan pemikirannya sendiri.

Tsukishima menggeleng pelan, "mungkin aku akan mencoba tinggal disini selama beberapa saat."

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya Kuroo sedikit penasaran.

"Aku berhenti dari pekerjaanku yang lama," jelas Tsukishima perlahan, "tapi aku pernah menjadi seorang penulis harian lepas saat berkuliah dulu, mungkin aku bisa melakukannya lagi."

Kuroo mengangguk dan kembali sibuk dengan pemikirannya. Tentang apa yang harus ia katakan selanjutnya. Menjaga agar komunikasi diantara dua orang lelaki ini terus berjalan.

Kuroo kemudian menyadari posisi duduk Tsukishima yang kelewat kaku. Bersimpuh dengan kedua tangannya tepat diatas kedua pahanya, mengepal. Hanya dengan melihat hal tersebut, Kuroo tahu bahwa Tsukishima jenis orang yang kaku dan akan susah untuk diajak santai. Mari anggap saja demikian.

"Kau bisa santai denganku," kata Kuroo, "santai, santai," ucap Kuroo berulang sembari melambaikan tangannya, memberi instruksi kepada Tsukishima untuk mengubah posisi duduknya.

Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang