A Picture Without A Smile

114 19 7
                                    

"Berdiri lebih dekat!" titah seorang rekan kerja Kuroo. Menggerakkan tangannya, memberi tanda pada pasangan yang berdiri kaku diujung ruangan agar berdiri lebih rapat.

"Kalian sudah menikah, tidak usah malu-malu!" kini suara Rei terdengar bergitu keras. Alhasil ruangan sempit itu dipenuhi suara tawa.

Kuroo menggeser posisinya mendekati Tsukishima. Matanya tertuju pada seorang pria paruh baya dan seorang perempuan yang berdiri saling berdampingan. Menatapnya dengan mata yang menyimpan sebuah cerita yang tak terucap.

Meskipun rekan-rekannya berteriak agar Kuroo tersenyum, namun sudut bibirnya bahkan tidak bisa terangkat sedikit pun. Perasaannya bercampur aduk dalam dirinya. Perutnya melilit, pun kedua tangannya terasa dingin meskipun dahinya sudah basah oleh keringat.

Tsukishima pun melakukan hal yang sama. Menatap lurus pada lensa kamera yang kini membidiknya. Ia tak menyesal, ia hanya ikut sedih jika Kuroo sedih.

"Satu, dua, tiga!"

Hasilnya adalah sebuah foto yang menunjukkan Tsukishima dan Kuroo berdiri tanpa celah, namun ekspresi mereka jauh dari kata bahagia. Rei memohon untuk mengulangi pengambilan foto, namun Hyun yang menyadari suasana tempat itu berubah setelah kedatangan keluarga Kuroo, menyuruh gadis itu untuk diam dan makan saja.

"Nampaknya mereka membicarakan hal yang sangat penting ya," Hyun berkata disamping Tsukishima yang masih menghadap pada keluarga Kuroo yang tengah berbicara jauh dari kerumunan.

"Kupikir juga begitu," jawab Tsukishima sebelum membalikkan badannya. Berjalan menjauh.

"Kau khawatir?" Hyun mengekor padanya. "Kau khawatir jika Tetsurou akan meninggalkanmu karena keluarganya?"

Tsukishima bergeming. Ia masih berjalan dalam diam. Memikirkan pertanyaan Hyun, yang mungkin saja benar adanya.

"Tidak usah khawatir, Tetsurou pernah membangkang. Jika perlu, ia akan membangkang lagi," Hyun menepuk pundak Tsukishima. "Kini kau lebih penting dari apapun."

Tsukishima berharap hal itu benar. Tapi kembali ia menenangkan dirinya sendiri. Ia tak boleh berpegangan kepada sebuah perkataan yang belum tentu benar. 

Sebelum Kuroo sendiri yang berkata padanya, maka ia akan menolak untuk tenang.

Tidak mau terlarut-larut dalam pikirannya, ia membaur dengan kerumunan yang masih ramai meskipun acara. Membiarkan Rei menari-nari mengelilinginya sembari melompat-lompat, diiringi musik yang diputar oleh salah satu orang disana.

Ikut tersenyum dan akhirnya ikut menari meskipun gerakannya sangat kaku. Membiarkan Rei dan beberapa orang disana menuntun semua gerakan Tsukishima.

Kuroo dan dua orang anggota keluarganya melihat Tsukishima, yang jangkung, kini tengah berputar dengan wajah menahan malu dan gerakan yang kelewat kaku. Sang kakak perempuan tersenyum kecil melihatnya, lucu pikirnya.

Lalu sang Ayah yang masih setia memasang ekspresi dinginnya. Jauh dalam dirinya–tanpa satu orang pun tahu–lelaki paruh baya itu merasa bersyukur bahwa anak prianya kini menemukan apa yang ia inginkan. 

Perasaan bersalah mulai memberatkannya ketika merasa Tetsurou, si kecil yang dulu tak pernah mau jauh darinya, benar-benar tak kembali. Bahkan mengetahui dimana lokasinya berada pun ia tak tahu.

Sampai akhirnya setelah satu tahun lebih, anak perempuannya berlari ke arahnya dan memutar sebuah lagu. Awalnya pria paruh baya itu tidak mengerti dan tidak tertarik. Namun, ketika anak perempuannya itu menunjukkan sebuah nama kecil disana. Kuroo Tetsurou. Itulah yang tercantum disana. 

Anaknya benar-benar menjadi seorang yang membuat musik. Ada rasa lega setelah mengetahui anak lelakinya yang dulu sering membawa pulang hewan aneh, kini menjadi pria dewasa yang benar-benar mewujudkan mimpinya.

Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang