Our Decision

105 16 2
                                    

"Kau sudah mengirimkannya?" tanya Tsukishima yang duduk di sofa depan televisi yang menyala. Dia memutar tubuhnya menghadap pintu apartemen yang terbuka dan menunjukkan Kuroo yang memakai coat berwarna hitam.

"Sudah," jawab Kuroo sembari mendudukkan tubuhnya di samping Tsukishima. 

Selesai menanggalkan coatnya. Ia mengusap rambutnya yang turun karena gerimis diluar. Melihat itu, Tsukishima tak bisa menahan dirinya untuk ikut mengusap rambut Kuroo. Membuat surai hitam yang biasanya mencuat itu turun.

Kuroo tersenyum dan membiarkan Tsukishima menata rambutnya. Ditutupnya kedua netranya demi memfokuskan seluruh indranya pada setiap sentuhan Tsukishima. Merasakan tiap gerakan jemari Tsukishima. 

Beberapa minggu setelah pertemuan kembali keduanya, mereka akhirnya mengakhiri hubungan canggung mereka. Memutuskan untuk membuat semuanya lebih jelas, sangat jelas.

Terima kasih kepada Hyun dan Rei yang telah memaksa keduanya untuk saling bersama. Mereka berdua sadar karena keegoisan merekalah Tsukishima dan Kuroo harus melewati waktu yang cukup membuat mereka kembali canggung.

Rei yang saat itu baru saja pulang dari sekolah, menemukan Tsukishima yang tengah dikerumuni oleh anak sekolah dasar. Mereka berteriak memanggil nama Tsukishima dengan riang, sebagian ada yang berusaha bergelayut pada kaki panjangnya.

Jika saja Rei tidak datang saat itu, Tsukishima bisa-bisa kewalahan sendiri. Gadis itu meminta maaf sedalam-dalamnya atas apa yang telah ia katakan pada Tsukishima. Untung  saja kedewasaan Tsukishima melebihi siapapun, ia dengan mudah memaafkan sikap egois Rei–toh, gadis itu sendiri yang mengaku salah.

Tsukishima hendak berpamitan dengan Rei. Berkata akan pergi meskipun dirinya sendiri tak tahu kemana ia harus pergi kali ini. Namun ide gila Rei membawa dirinya kesebuah keputusan yang sangat baik.

Ia menarik Tsukishima ke stasiun dan memesan dua tiket untuk pergi ke Kota Besar. Pada awalnya Tsukishima menolak mentah-mentah, tapi karena sifat keras kepala Rei dirinya menurut.

Jujur saja, jika Rei tidak memaksa, Tsukishima akan merasa kecewa. Ia adalah tipe orang yang terlalu gengsi untuk menunjukkan keinginannya. Maka skenario jika kau memaksa akan kuturuti adalah cara terbaik untuk membuat Tsukishima senang.

"Kenapa harus pakai pos sih? 'Kan bisa datang saja ke rumahnya," ujar Tsukishima setelah puas menata rambut Kuroo. Ia menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Kuroo. Membiarkan lelaki kucing itu bermain dengan jemarinya.

"Kau tidak mengerti, aku punya masalah dengan keluargaku," jelas Kuroo.

"Lalu untuk teman-temanmu?" cibir Tsukishima sinis. 

"Kenma? Dia cukup tahu saja."

"Kau malu karenaku?" Tsukishima menarik tangannya menjauh, begitu pula dengan kepalanya yang tak lagi bersandar pada Kuroo.

"Bukan seperti itu," Kuroo menarik nafasnya berat, "aku sudah tidak bertemu dengannya lebih dari satu tahun. Jika aku datang dan berkata aku akan menikah, kau tahu apa yang akan dia lakukan? Dia akan membunuhku di tempat. Kau mau aku mati?"

"Tapi kau akan mati suatu hari nanti, jadi mau cepat atau lambat tidak ada bedanya," jawab Tsukishima acuh.

Kuroo mengernyitkan dahinya, "kau itu– Ah benar-benar, kejam."

Lelaki berkacamata itu malah tersenyum melihat Kuroo yang kesal. Menikmati setiap decihan dan umpatan kecil yang keluar dari mulutnya. 

Kuroo barusaja mengirimkan sebuah postcard–alih-alih surat–kepada beberapa orang terdekatnya. Keluarga, Kenma, dan beberapa teman sekolahnya dulu. Hanya memberi kabar bahwa dirinya akan menikah dengan seorang pria yang ia temui dalam pelariannya.

Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang