Yamaguchi menatap makanannya yang mulai mendingin. Tak selera bahkan setelah Tsukishima pergi dari hadapannya. Perutnya penuh sesak oleh perasaan yang makin bergemuruh.
Merutuki dirinya, bertanya-tanya–setengah merutuk, mengapa dirinya tak bisa lebih yakin pada Tsukishima lebih cepat. Kini semuanya sudah terlambat. Mungkin.
Tidak, semua memang sudah terlambat.
Ia tak menyadari lebih awal mengenai Tsukishima, yang selalu ia tunggu kabarnya, yang kontaknya selalu berada diatas. Pria yang selalu ia koar-koarkan sebagai tambatan hatinya. Namun ia bahkan tak menyadari bahwa Tsukishima tidak nyaman dengan kehidupannya selama ini.
Pria yang baru saja dikenal Tsukishima selama satu tahun, mengalahkannya yang sudah bersamanya sejak kecil. Sejak mereka bahkan tidak tahu apa itu hidup, apa itu dunia, apa itu cinta.
Ia dipecundangi oleh pria yang ia kenal sebagai senior keren alumni kampus. Tidak, inilah kali pertama Yamaguchi merasa dipecundangi oleh orang lain jika itu menyangkut Tsukishima.
Membayangkan kini Tsukishima tengah berada dalam pelukan pria lain membuat kepalan tangannya semakin kuat. Bahkan ia merasakan kuku-kukunya menyakiti telapak tangannya sendiri.
Mengingat bahwa dirinya kini resmi tak memiliki pundak untuk bersandar, ia lebih memilih untuk menyakiti dirinya sendiri. Menelan pil pahit bernama garis takdir.
"Sial."
Satu kata terucap dan pria itu beranjak dari kursinya. Berjalan keluar restoran dan menerobos hujan yang turun. Meninggalkan beberapa lembar uang di meja, beserta dengan makanan yang tak tersentuh sedikit pun.
***
"Kau tadi bertemu dengan teman kecilmu?" Kuroo yang kini tengah membuka pintu kulkas lebar-lebar bertanya dengan mulut yang tengah menggigit sebuah bungkus makanan.
Tsukishima yang berdiri di seberang konter dapur melihat ngeri melihat betapa sembrononya Kuroo. Tunggu, aku juga seorang Kuroo sekarang, pikir Tsukishima.
Karena semakin bingung, alis Tsukishima hampir terpaut satu sama lain. Matanya refleks menyipit.
"Ey, no, no, jangan mengerutkan dahimu. Kebiasaan buruk."
Tsukishima menggeleng cepat nan singkat. Memilih berbalik dan mendahului Kuroo untuk duduk di sofa panjang mereka. Menyelimuti kakinya dengan selimut sofa, mulai memilih film apa yang akan mereka tonton malam ini.
"Jadi, tadi kau bertemu dengan teman kecilmu?" tanya Kuroo lagi. Ia menyimpan seluruh makanan ringannya di meja.
Duduk di sebelah Tsukishima. Menarik pria itu agar bersandar pada pundaknya, meskipun ia sadar bahwa tinggi badan Kei lebih tinggi darinya.
Tsukishima mengangguk pelan. Tanpa mau mengeluarkan suara apapun. Selesai memilih film, ia menyimpan remote itu di sampingnya.
"Siapa namanya?" suara Kuroo lebih lembut dari sebelumnya.
"Tadashi, Yamaguchi Tadashi," jawab Tsukishima singkat. Meraih sebungkus makanan ringan dan memakannya.
"Aku ingin bertemu dengannya, lain kali kenalkan ya?"
"Tidak mau."
Tsukishima tidak sebodoh itu. Setumpul apapun dirinya, ia masih menyadari bahwa Yamaguchi menyimpan perasaan lebih padanya.
Bohong jika Tsukishima tak pernah tertarik dengan pesona Yamaguchi. Namun, semakin lama, perasaan itu memudar. Hingga akhirnya tak bersisa.
Berbeda dengan Kuroo, perasaannya pada sang dominan semakin lama, semakin kuat. Semakin yakin. Semakin jatuh pada pesonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)
FanfictionAku menyukai musik. Seluruh hidupku aku habiskan untuk mendengarkan, mengapresiasi, mendalami, dan memahami musik. Aku dapat memahami musik lebih baik daripada siapapun, itulah yang kukira. Namun hidupku tidak bisa berdampingan dengannya. Sekeras ap...