Part Three

89 19 5
                                    

"Kau–" suara Tsukishima tercekat, "kau menyembunyikan apa dariku?"

Kuroo yang baru keluar dari kamar mandi malah balas menatap bingung pada Tsukishima. Ia duduk di lantai, tepat di bawah Tsukishima yang duduk diatas kasur. Menengadahkan kepalanya dengan rambut yang basah.

"Kemarikan handuknya," seolah mengerti, Tsukishima meminta handuk yang Kuroo pakai. Mengusap rambut Kuroo guna mengeringkannya sebelum membasahi seluruh rumah dengan tetesan air menjengkelkan.

"Aku tidak menyembunyikan apapun," ujar Kuroo. Masih berusaha menutupi kebohongannya.

"Tadi Rei datang kesini," tangan Tsukishima masih sibuk mengeringkan rambut Kuroo, "dia berkata aku menghalangimu atau semacamnya lah, aku tidak mengerti."

Kuroo terdiam. Ia mengatupkan bibirnya pelan. Tak disangka Rei dengan seenaknya datang dan mengatakan hal yang selama ini Kuroo tutupi dari lelakinya itu.

"Kau mau menjelaskan?" Tsukishima menarik kepala Kuroo agar menengadah. Menuntut lelaki dengan netra kucing itu bertumbukkan dengan netra emas milik Tsukishima.

"Aku ditawari bekerja di studio Hyun," Kuroo menjelaskan. Wajah Tsukishima dibuatnya cerah. "Di kota besar."

Lalu cahaya dari wajah Tsukishima memudar. Rei mungkin benar, jika saja Kuroo berkata lebih awal pada Tsukishima mungkin ia akan menghalangi Kuroo. Ada rasa tak sudi ketika membayangkan Kuroo kembali ke kota besar itu, sendirian.

Kuroo menyadari perubahan ekspresi mikro dari wajah Tsukishima. Ia menarik kepalanya dan membalikkan wajahnya. Posisi mereka menjadi berhadapan. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuknya membujuk Tsukishima.

"Bagaimana kalau kau juga ikut?" bujukan Kuroo membuat Tsukishima kembali memfokuskan diri pada lawan bicaranya itu. "Bagaimana jika kita berdua kembali saja ke kota besar, kau bisa bekerja sebagai pekerja harian lepas disana."

Secara refleks Tsukishima memundurkan badannya. Sedikit menjauhi Kuroo dengan wajah memelasnya. 

"Aku–aku tidak tahu," tolak Tsukishima tersirat. "Aku mulai terbiasa dengan semua ini, disini."

Kuroo tak bisa menyalahkan. Satu tahun tentu waktu yang cukup baginya dan Tsukishima memulai kehidupan baru mereka. Tsukishima yang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai pekerja harian lepas, serta Kuroo yang mulai terbiasa dengan kesibukkan menyeimbangkan antara kerja yang menghasilkan dan hobinya.

Namun seterbiasa apapun Kuroo, ada rasa menyesal dalam dirinya ketika ia menjalani hidup disana. Pendapatannya tak seberapa, sehingga ia harus bersusah payah mengontrol pengeluarannya. Meskipun itu artinya ia memberatkan Tsukishima.

"Kita akan membiasakan diri kita di kota besar. Dulu, kau dan aku memutuskan untuk kabur dari semuanya dikarenakan kita tidak saling memiliki, tapi sekarang berbeda."

Tsukishima dibuat kebingungan dengan perkataan Kuroo. "Apa maksudmu dengan saling memiliki? Kau pikir kita sekarang sudah saling memiliki?"

"Tentu, memangnya selama ini untuk apa aku bertahan denganmu?" kali ini Kuroo berkata dengan antusias. Ia mencoba meyakinkan Tsukishima lebih dalam.

"Kupikir–kita tidak sedekat itu," imbuh Tsukishima.

"Apa?" suara Kuroo melemah, "lalu kenapa kau membiarkanku bersandar di pundakmu? Kenapa kau membantuku mengeringkan rambutku? Lalu, kenapa kau mau berbaring disampingku tiap malam?"

Hati Tsukishima sakit mendengar rentetan pertanyaan itu. Seharusnya ia senang ketika Kuroo menganggap bahwa hubungan antara mereka berdua lebih dari sekedar teman sekamar. Namun entah mengapa, perkataan Rei yang mengatakan bahwa ia hanya menghalangi jalan Kuroo terus terngiang.

Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang