Last Part, but Not The Ending

101 15 4
                                    

Kuroo selesai mengemasi seluruh barangnya. Kini yang tersisa di rumah sewaanya itu hanya kasur, lemari, penghangat setengah rusak dan beberapa perabotan dapur. Tidak banyak yang ia bawa, hanya tumpukkan pakaian dan beberapa barang pribadi lainnya.

Ada rasa sedih ketika ia harus meninggalkan rumah tersebut. Namun, kesedihannya itu tergantikan oleh rasa lega ketika membayangkan jalan baru yang akan ia jalani kedepannya. Ia akhirnya bisa mewujudkan keinginan terbesarnya.

Meskipun itu artinya ia harus kembali ke kota besar yang hampir membuat dirinya gila itu, kali ini ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan berbeda. Akan menjadi lebih baik dan lebih menyenangkan.

Pikirannya terkadang membayangkan jika Tsukishima masih ada disini. Ikut menjalani kehidupan keduanya bersama Kuroo. Ia pasti akan jauh lebih bersyukur.

Namun ketika membayangkan Tsukishima yang tengah bekerja didepan laptopnya dengan kacamata yang terpasang kokoh di wajahnya dan sesekali mengangkat wajahnya melihat pemandangan sekitar, membuat Kuroo tersenyum kecil.

Akhirnya si manusia yang mati itu kembali hidup dengan caranya sendiri. Meskipun itu artinya ia mungkin tidak akan pernah bertemu lelaki yang sekarang bebas itu. 

Kuroo lebih dari rela. Benar, seminggu awal ia kesulitan beradaptasi dengan hilangnya Tsukishima. Seolah sosok Tsukishima terlalu kuat untuk dienyahkan dari pikirannya. 

Tetapi keesokan harinya–saat Kuroo terbangun diatas ranjang yang terlalu besar itu, untuk pertama kalinya Kuroo bersyukur Tsukishima akhirnya menemukan hal yang membuatnya tertarik. Memaksakan dirinya sendiri untuk merelakan.

"Oi! Kau jadi pergi?" tanya Hyun yang sudah lelah melihat rekannya itu berdiri mematung di depan pintu masuk. 

Hyun tahu jika Tsukishima tiba-tiba menghilang–atau pergi–entahlah Hyun sendiri tidak tahu. Anggaplah Hyun orang kejam, tapi ada rasa lega ketika mendengar kabar tersebut. Itu artinya Kuroo tak memiliki penghalang lagi untuk pergi bersamanya.

"Ayo, ayo, kau cerewet sekali," ujar Kuroo.

Ia memasukkan semua barang bawaannya pada bagasi mobilnya. Mobil yang hanya dipakai untuk sekedar dipanaskan. Berkeliling kota bersama anak-anak sekolah dasar atau terkadang dengan Tsukishima yang sepanjang perjalan menahan senyum bahagianya.

Rei menahan beberapa anak sekolah dasar yang berusaha berlari kearah Kuroo. Hendak menangis sekuat tenaga mereka agar Kuroo tidak jadi pergi. Mereka sudah cukup sedih ditinggal oleh Tsukki mereka, dan sekarang mereka harus ditinggalkan sosok Kuroo.

Kuroo memberi mereka beberapa makanan ringan sebagai sogokan agar mereka segera pergi darisini, karena jujur Kuroo pun tidak tega meninggalkan wajah-wajah polos–yang terkadang menyebalkan–itu.

"Guru, aku akan menyusul ketika sudah lulus nanti," Rei berkata dengan penuh semangat.

Kuroo tersenyum, ia senang setidaknya kali ini Rei memiliki motivasi untuk menyelesaikan studinya. Ia tidak menjawab apapun selain memberikan senyumannya. Kuroo masih sedikit menyimpan kesal pada gadis di depannya ini.

Ia selalu berpikir jika Tsukishima pergi karena Rei. Tapi harusnya ia belajar menerima fakta yang sebenarnya. Bahkan jika Rei tidak berbicara pada Tsukishima pun, lelaki pirang itu akan berpisah dengannya.

Tujuan mereka sudah berbeda.

***

Tsukishima terbangun. Ia mengerjapkan matanya kemudian mengambil kacamata yang ia simpan di atas nakas. Bangun dari posisinya dan meregangkan tubuhnya pelan.

Langkahnya pelan namun mantap menuju jendela ruangan itu. Membukanya lebar-lebar sehingga udara dingin khas musim gugur menyapanya dengan tidak ramah. Meskipun begitu, ia tetap membuka jendela itu, membiarkan hawa pegunungan memenuhi ruangannya.

Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang