Kuroo membuka pintu studio musik dengan santai. Menyapa beberapa orang yang berlalu-lalang disana, menanyakan hal-hal singkat nan ringan seperti bagaimana harimu? apa pekerjaanmu baik-baik saja? Dan berbagai basa basi lain.
Ini merupakan lingkungan kerja yang selalu ia idam-idamkan. Dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama dengannya. Bahan obrolan mereka tidak pernah habis dan tidak pernah membosankan. Mungkin tujuan hidup Kuroo akan semakin mudah diraihnya.
Setiap malam, selelah apapun dirinya, ia akan pulang secepat mungkin. Meraih gitarnya dan memainkannya dengan hati yang melompat-lompat riang. Ia tidak pernah menyangka bahwa keahliannya yang dulu dianggap tidak memiliki nilai, sekarang akan menjadi sumber semangatnya dan menjadi alasan bagi dirinya untuk membuka mata di pagi hari.
"Halo!" sapa Kuroo setengah berteriak. Memasuki studio musik milik rekannya.
"Oh Tetsurou, masuklah," lelaki itu menyambut Kuroo, menggeser duduknya, memberi ruang kosong bagi Kuroo untuk duduk.
Namun mata Kuroo menangkap sosok yang sedikit asing baginya untuk berada di tempat itu, pada waktu ini. Rei. Gadis itu duduk di ujung sofa, melambaikan tangannya senang. Masih mengenakan seragam sekolah menengah atasnya. Bersandar dengan santai, memeluk gitar akustik yang Kuroo yakini bukan miliknya.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Kuroo pada Rei.
"Memangnya kenapa?" Rei bertanya balik. Dia sedikit acuh dengan nada suara Kuroo yang terdengar serius.
"Bukankah kau seharusnya ada di sekolah?" heran Kuroo.
"Aku sudah mengusirnya berkali-kali, jangan salahkan aku," rekan Kuroo yang sering dipanggil Hyun itu. Ia mengangkat kedua tangannya seolah mengatakan bahwa ia tidak mau ikut terlibat dalam obrolan mereka.
"Ey guru, tidak usah memikirkan sekolahku, aku pun tidak pernah memikirkannya," tawa diakhir kalimat Rei malah membuat Kuroo semakin kesal dengan kelakuannya.
Hyun ikut tertawa dengan sedikit kencang. Namun ketika menyadari Kuroo tidak ikut tertawa, buru-buru ia menghentikan tawanya.
"Kau memanggilnya dengan sebutan apa?" kali ini Hyun yang bertanya. Lelaki dengan anting-anting di telinga itu bertanya kepada Rei yang masih sibuk memainkan gitarnya.
"Guru," jawab Rei acuh. Ia tetap memetik gitar itu tanpa mau repot-repot mengalihkan pandangannya. Ia juga menghiraukan tatapan marah dari Kuroo.
Kuroo memang bukan panutan yang baik baginya, namun setidaknya Kuroo bisa membedakan mana yang menjadi tanggung jawab dan mana yang menjadi hak. Hak Rei untuk berada di studio musik ini, namun ia jelas mengabaikan tanggung jawabnya sebagai siswa.
Bahkan ini belum tengah hari, namun melihat Rei duduk bersila diatas sofa dan menyenderkan tubuhnya kelewat santai. Jemarinya memainkan gitar akustik dengan lihai, sesekali menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
"Kau? Menyebut Tetsurou guru?" kembali tawa Hyun terdengar memenuhi studio sempit itu.
Kuroo mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti dengan apa yang lelaki bertindik ini katakan. "Kenapa memangnya?"
"Aku tidak tahu sejak kapan kau bermain alat musik, namun jelas si Amamiya itu jauh lebih hebat dibanding kau," Hyun menunjuk Rei yang acuh dengan percakapan lelaki yang lebih tua darinya.
"Maksudmu?" Kuroo menuntut penjelasan lanjut.
"Dia itu salah satu pemain alat musik hebat yang pernah aku kenal, mungkin karena ia muda jadi aku sedikit membanggakannya," jelas Hyun, "aku berkata jujur, dia benar-benar hebat loh. Hampir seluruh instrumen musik dia bisa memainkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)
FanfictionAku menyukai musik. Seluruh hidupku aku habiskan untuk mendengarkan, mengapresiasi, mendalami, dan memahami musik. Aku dapat memahami musik lebih baik daripada siapapun, itulah yang kukira. Namun hidupku tidak bisa berdampingan dengannya. Sekeras ap...