Meskipun pada akhirnya Tsukishima memilih untuk menetap di kediaman Kuroo, beberapa barang ia tinggalkan di rumah sewaan 'berhantu'-nya itu. Mungkin lebih tepatnya, ia simpan sementara. Karena terlanjur menyewa untuk waktu satu bulan, pada akhirnya Tsukishima seolah memiliki dua kediaman dalam satu waktu.
Dipaksa dan dibujuk pun Tsukishima masih enggan untuk bermalam di rumah sewaan itu. Pak Kenta mengatakan bahwa ia lah yang malam itu berdiri dan mengintip ke dalam rumah, namun Tsukishima masih sangsi. Meskipun Kuroo mengatakan ia akan menemani Tsukishima selama dua malam atau lebih, Tsukishima masih keras kepala dan memilih menggulung diatas ranjang Kuroo dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Pada akhirnya Kuroo dengan perasaan terpaksa membawa beberapa barang Tsukishima yang dikira mendesak. Seperti pakaian, dan meminjam futon dari rumah sewaan itu. Sehingga Tsukishima dan Kuroo nantinya bisa memilih siapa yang tidur dimana. Antara ranjang dan futon. Kuroo tidak keberatan dengan Tsukishima yang mengambil alih ranjangnya, namun berbeda dengan Tsukishima yang memiliki gengsi tinggi sehingga ia tidak mau terus tidur diatas ranjang tersebut, hanya jika keadaan mendesak, katanya.
"Dimana teman guru?" tanya Rei yang masih sibuk menyetel gitarnya. Ditemani dengan beberapa anak sekolah dasar yang kembali nongkronag di depan toko. Setelah beralasan bahwa beberapa hari kebelakang mereka tidak bisa datang karena cuaca yang tiba-tiba memburuk.
"Dia di rumah," jawab Kuroo yang sama-sama menyetel gitarnya.
Memang benar Tsukishima diam di rumah. Dia beralasan bahwa karena cuaca lebih cerah dari sebelumnya, ia menawarkan untuk membersihkan rumah dan melakukan beberapa kegiatan lainnya. Mencuci misalnya.
Kuroo tidak keberatan, dia dengan senang hati menumpukkan pakaian kotornya diatas mesin cuci setelah memilahnya dengan dalaman yang kembali ia masukkan kedalam kotak kardus dibawah ranjang. Setidaknya ketika ada Tsukishima di rumah, membuat Kuroo merasa ketika ia pulang maka ada makanan hangat yang menunggunya.
Ia tidak kesepian.
Kuroo dan Rei mulai memetik gitar mereka, meski tidak seirama. Beberapa anak sekolah dasar mulai menutup kedua telinga mereka dan protes suara dari gitar itu sangat sumbang.
"Sabar! 'Kan kita tidak sedang benar-benar berduet!" Rei membentak mereka yang terus memprotes. Akhirnya mereka semua mengerucutkan bibir mereka bersamaan. "Sana! Ambil coklat, kalian hanya akan diam jika diberi makanan!"
Gerombolan anak sekolah dasar berubah menjadi sekumpulan anak yang melompat-lompat kecil. Menimbulkan suara yang beragam. Gemerincing sampai suara seruan heboh. Mereka langsung melesat masuk ke dalam toko dan mengerumuni sekotak coklat berbentuk bola.
"Kau ini ternyata baik ya," puji Kuroo dengan senyuman.
Rei yang mendengar itu menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya yang terasa panas. Semburat merah muncul di kedua pipinya tatkala pujian itu berubah menjadi afeksi fisik. Kuroo mengusuk kepala Rei pelan.
Kuroo tidak memuji dengan asal. Memang pada dasarnya Rei adalah sosok kakak perempuan yang menjadi andalan dan kesayangan para anak-anak di daerah ini. Rei yang lahir di keluarga berada sering membagikan makanan atau mainan kepada mereka. Meskipun tidak mahal namun anak-anak itu tetap senang.
Sehingga meskipun kelakuan Rei yang terkadang terlihat keterlaluan, anak-anak itu masih mau mendekati Rei dan mengajaknya bermain. Membeli hati anak-anak memang murah, namun yang balasan yang diberikan sangatlah berharga.
"Oh iya sampai lupa," Rei mengalihkan topik segera, "ini dari orang tuaku, kata mereka tidak enak jika hanya merepotkan tanpa imbalan."
Kuroo menerima sebuah amplop putih yang ia yakini isinya adalah sejumlah uang. Ia tidak pernah mengharapkan ini, ia hanya senang mengajari Rei tentang segala yang ia bisa, mengenai musik. Dulu Kuroo tidak pernah memiliki sosok yang bisa membagi kesukaannya, jadi ketika Rei datang dengan tas gitarnya Kuroo dengan senang hati menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)
FanfictionAku menyukai musik. Seluruh hidupku aku habiskan untuk mendengarkan, mengapresiasi, mendalami, dan memahami musik. Aku dapat memahami musik lebih baik daripada siapapun, itulah yang kukira. Namun hidupku tidak bisa berdampingan dengannya. Sekeras ap...