Tsukishima duduk di depan toko –tempat kerja Kuroo. Memainkan jarinya yang setengah membeku. Meniup dan menggosoknya beberapa kali, berusaha mencari kehangatan. Sepulang dari pedesaan diatas bukit, Tsukishima berkata ingin ikut Kuroo bekerja. Padahal tidak ada yang bisa ia lakukan disini, hanya duduk dan sesekali membalas sapaan pengunjung toko.
Kuroo sibuk di dalam toko, namun sesekali ia mencuri pandang ke arah luar, mendapati Tsukishima yang duduk setengah berjongkok melipat kakinya hingga lututnya menyentuh tubuh bagian atas. Menangkupkan kedua tangannya di depan muka, sesekali menghembuskan nafas dengan iringan kepulan putih dari mulutnya.
Sudah ia katakan bahwa lebih baik Tsukishima itu diam di rumah. Memainkan penghangat yang baru mereka beli dari rumah pak Keita tadi. Tetapi si kepala batu tersebut memaksa untuk mengekornya menuju toko.
Tidak ada anak-anak yang datang hari ini. Mungkin karena cuaca terlalu rendah untuk mereka, atau karena memang mereka terlalu sibuk menjalani keseharian mereka. Sedikitnya rasa kecewa dan menyesal hinggap dan mencubit hati Tsukishima pelan. Ia memaksa untuk datang kesini karena anak-anak tersebut, memangnya untuk apa lagi?
"Kau yakin tidak mau pulang?" tanya Kuroo dari bagian dalam toko. Tubuh keduanya terhalang etalase kaca. Kuroo sedikit mencondongkan badannya kearah depan, melewati etalase tersebut.
Tsukishima sedikit berpikir. Mungkin benar tidak akan ada anak-anak yang mampir untuk hari ini. Dan cuaca disini lebih dingin dari yang ia kira. Ada baiknya ia pulang dan meringkuk di depan penghangat barunya.
"Kalau masih mau diam disini, duduk di dalam saja," ajak Kuroo. Tsukishima kembali berpikir. Di rumah pun tidak ada yang bisa ia lakukan. Namun jika tetap disini pun tidak ada yang bisa ia lakukan. Jadi keduanya adalah pilihan dengan nilai yang setara.
"Aku diam disini saja," Tsukishima akhirnya menjawab. Bangkit dari duduknya dan melesat ke dalam toko dan berdiri tepat di samping Kuroo. Persis seperti anjing tersesat yang mencari kasih sayang.
Kuroo berusaha untuk tidak tertawa melihat tindakkan Tsukishima yang diluar perkiraannya. Ia selalu berpikir kalau Tsukishima adalah orang dingin yang keren. Namun jika terpaksa sepertinya ia akan bertindak patuh dan menggemaskan.
"Tunggulah sebentar lagi, aku akan pulang tidak lama lagi," Kuroo berkata sembari merapatkan mantel Tsukishima yang terlihat kebesaran. Menaikkan kerah mantel tersebut sampai menutupi setengah dari wajah Tsukishima.
Tsukishima terduduk di belakang meja kasir. Menyelimuti dirinya sendiri dengan selimut yang ia temukan disana. Tidak peduli selimut itu bersih atau tidak, setidaknya selama selimut tersebut hangat maka selimut itu berguna. Sesekali Kuroo datang ke meja kasir dan melayani pelanggan. Tak sedikit pula yang menyapa Tsukishima ramah, dan bertanya beberapa hal ringan.
"Wah siapa ini?"
"Teman Tetsu?"
"Pegawai baru?"
Tsukishima dengan sabar menjawab satu persatu pertanyaan yang diajukan. Tidak ada pertanyaan yang membuat dirinya naik pitam. Jauh berbeda dengan pertanyaan basa basi yang sering diajukan oleh rekan kerjanya atau bahkan tetangga di huniannya, di kota dulu. Terkadang basa basi mereka hanya perlu dijawab dengan senyuman. Bukan menunjukkan keramahan seratus persen, namun karena pertanyaannya terlalu bodoh untuk dijawab.
Sampai hari gelap, akhirnya Kuroo selesai dengan pekerjaannya. Tsukishima bersikeras membawa pulang beberapa bahan mentah, untuk dimasak katanya. Kuroo mengatakan untuk mengambil beberapa bahan yang akan dimasak saat itu saja. Tsukishima patuh dan membawa seperlunya.
"Bagaimana? Kau jadi menyewa rumah itu?" tanya Kuroo. Ia yakin bahwa Tsukishima tidak terlalu menyukai rumah tersebut, dilihat dari ekspresi yang Tsukishima tunjukkan ketika pak Keita mengatakan bahwa pemilik sebelumnya sudah meninggal dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)
FanfictionAku menyukai musik. Seluruh hidupku aku habiskan untuk mendengarkan, mengapresiasi, mendalami, dan memahami musik. Aku dapat memahami musik lebih baik daripada siapapun, itulah yang kukira. Namun hidupku tidak bisa berdampingan dengannya. Sekeras ap...