"Sekarang aku mengerti kenapa jangkrik begitu berisik ketika musim panas," ujar Tsukishima yang sekarang tengah memainkan remote televisi di tangan kanannya.
Pemanas ruangan yang selalu dinyalakan akhirnya tersimpan dibawah ranjang. Beberapa mantel tebal sudah terlipat di bagian bawah lemari dan tergantikan oleh jaket yang tidak lebih tebal. Perlahan banyak nelayan yang kembali melaut dan hampir tiap pagi pelelangan ikan penuh dengan para pembeli yang sudah lama tak dibuka.
Tsukishima lebih sering berdiam diri di rumah karena pekerjaan yang datang silih berganti, banyak memakai kaos lengan pendek dengan rambutnya yang sudah memanjang terikat secara asal. Selama tidak mengganggu pandangannya, maka ia tidak masalah.
Sedangkan Kuroo yang setiap harinya harus menjaga toko, masih memakai pakaian yang lebih tebal dibanding Tsukishima. Namun tak jarang pula ia hanya memakai sweater yang memiliki ketebalan yang sesuai.
Musim dingin sudah berlalu belum lama ini. Temperatur udara semakin menghangat dan menandakan bahwa salju tak mungkin turun kembali. Ada sedikit rasa bersyukur karena kedua lelaki ini berhasil melewati musim yang ekstrem itu dengan baik.
Meskipun beberapa kali mereka –entah itu Tsukishima atau Kuroo, terserang flu atau demam bergantian. Pemanas ruangan ataupun selimut terkadang tidak bisa membantu menghangatkan diri mereka dengan baik, akhirnya mereka menggunakan sedikit bantuan dari minuman beralkohol.
"Kenapa memangnya?" tanya Kuroo yang masih terbaring diatas kasur, sama-sama menghadap layar televisi.
"Kau tahu kenapa jangkrik sangat berisik saat musim panas?" tanya Tsukishima. Ia menyimpan remote di sampingnya setelah mendapatkan siaran acara ragam di layar televisi.
Kuroo menggelengkan kepalanya. Menghasilkan bunyi gesekan antara rambut dan juga seprai –yang selalu diganti oleh Tsukishima semingu sekali. "Tidak tahu," jelas Kuroo.
"Itu karena mereka mau menarik jangkrik lain agar mereka tidak melewati musim dingin sendirian," jelas Tsukishima dengan suara rendahnya. Dia menyenderkan tubuhnya ke sisi ranjang. Setelah beberapa bulan menghabiskan waktu bersama, ia menjadi lebih santai.
"Jadi maksudnya?" Kuroo malas berpikir dan malah langsung meminta penjelasan singkat dari Tsukishima.
Tsukishima menoleh dan menatap Kuroo tidak suka. Tidak habis pikir dengan kemalasan lelaki yang lebih tua itu. Hanya berpikir sejenak saja dia enggan.
"Jadi maksudku, aku mengerti kenapa jangkrik mencari pasangan saat musim panas, karena mereka mempersiapkan pasangan mereka itu untuk melewati musim dingin bersama," jelas lelaki bersurai pirang yang cukup panjang itu. Ia kembali fokus ke layar televisi.
Kuroo bergerak antusias. Dia menggeserkan posisi berbaringnya agar lebih dekat dengan Tsukishima. "Jadi kita pasangan?"
Sang lawan bicara malah menatap horror kearahnya. Memberi penilaian tak langsung yang menyakitkan. "Tentu bukan!"
Kuroo mendengus menerima jawaban tersebut. Ia tidak berharap, hanya senang saja menggoda lelaki dingin di dekatnya ini.
Suara ketukan pintu menginterupsi fokus mereka. Keduanya melempar pandang satu sama lain, agak lama sampai akhirnya Tsukishima menghela nafas dan berjalan dengan hentakkan kaki kasarnya menuju pintu. Seolah disuruh oleh Kuroo yang masih malas-malasan di atas ranjangnya.
"Temannya guru!" ujar Rei dengan suara riangnya. Ia melangkah masuk rumah bahkan sebelum disuruh. "Guru pasti ada di rumah."
"Dia ada, di dalam," jawab Tsukishima sembari menutup kembali pintunya. Pada awalnya memang ia terkejut dengan kedatangan Rei yang sering mendadak dan seolah tanpa sopan santun masuk tanpa disuruh. Namun belakangan ia sudah terbiasa dan mulai menumpulkan beberapa norma kesopanan yang terlalu kaku pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)
FanfictionAku menyukai musik. Seluruh hidupku aku habiskan untuk mendengarkan, mengapresiasi, mendalami, dan memahami musik. Aku dapat memahami musik lebih baik daripada siapapun, itulah yang kukira. Namun hidupku tidak bisa berdampingan dengannya. Sekeras ap...