Part 22

28.9K 5.2K 745
                                    

Abyan, Zara, dan Beni menjemput Farid dan Citra di Bandung. Karena tak mungkin Farid membawa mobilnya sendiri, alhasil Beni lah yang membawa mobil Farid dan Abyan membawa mobilnya bersama Zara.

Mereka tiba di rumah Farid dan Citra pukul 8 malam, Abyan, Zara, dan Beni langsung pamit pulang.

"Makasih banyak ya, Zar. Lo emang sahabat terbaik gue," ucap Citra seraya memeluk tubuh Zara dengan erat.

"Sama-sama, Cit. Sekarang kamu udah tau semuanya, jangan salah paham lagi dan jangan pernah mengambil keputusan disaat sedang emosi."

"Iya, gue gak bakal ngulangin lagi. Ternyata nahan emosi susah juga ya, dulu gue ceramahin lo, tapi kemarin gue alamin sendiri, gue jadi tau gimana rasanya sakit hati."

Zara terkekeh, "emang gitu, orang kalau belum pernah alamin, belum ngerasain gimana rasanya di posisi orang itu. Jadi karena kamu udah tau rasanya kayak apa, jangan pernah termakan fitnah lagi. Nanti sakit hati sendiri."

Citra mengangguk, "oke Bu Ustadzah Zara Nindiatama Atharrazka."

"Yaudah kalau gitu aku dan Abyan pulang, anak-anak udah nunggu dirumah, kasihan Bunda."

"Iya, Zar. Hati-hati ya. Kak Abyan, terima kasih banyak."

"Sama-sama, Cit."

Abyan dan Beni berpamitan dengan Farid. Setelah mereka semua pulang, barulah Farid dan Citra menutup pintu rumah.

"Bang Farid, Citra mandi duluan ya."

"Gak mau bareng aja?"

"Ih, jangan kotor deh! Bang Farid kalau mau istirahat dulu, istirahat aja. Citra udah gerah."

"Iya, jangan lama-lama mandinya, udah malam," ucap Farid.

Citra mengangguk saja, ia mengambil piyama lengan pendek miliknya, lalu mulai mandi. Sedangkan Farid mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu. Hanya 10 menit Citra mandi, wanita itu selesai.

"Gih, mandi. Citra mau masak, Bang Farid laper kan?"

"Engga, saya gak laper kok."

"Masa? Padahal tadi cuma makan siang aja, belum makan malem."

Farid mengangguk, "iya, saya gak laper makanan, tapi saya laper--"

"Pikiran kotor lagi? Dasar!" Sebal Citra seraya melempar handuk kearah Farid.

Farid tertawa, ia mengambil pakaiannya lalu masuk kedalam kamar mandi. Melihat Farid yang sudah masuk kedalam kamar mandi, Citra terkekeh. Ia menggelengkan kepala lalu keluar kamar, dirinya akan memasak sesuatu.

Saat Farid selesai mandi, ia tak melihat adanya Citra. Ia pikir Citra tengah memasak, karena sebelumnya wanita itu mengatakan akan memasak. Akhirnya Farid memutuskan untuk mengecek pekerjaannya yang sudah 2 hari ini tidak ia pegang.

Farid membalas email-email penting yang masuk, sampai tak sadar jika Citra sudah masuk kedalam kamar dengan membawa sebuah nampan.

"Bukannya istirahat, malah kerja," gumam Citra.

Farid menoleh, ia tersenyum tipis, "apa itu?"

"Pancake strawberry dan cokelat panas."

Raut wajah Farid berubah senang, "wah kamu bikin ini?"

"Iya, waktu itu Mama mertua Citra pernah bilang kalau suami Citra suka pancake strawberry dan cokelat panas."

Farid terkekeh, ia mencubit gemas pipi Citra, "terima kasih, ya. Pasti enak."

"Iya, tapi gak se enak buatan Mama."

"Engga, pasti buatan kamu gak kalah enak dari buatan Mama."

Citra tersenyum mendengarnya, ia membiarkan Farid memakan pancake strawberry buatannya, melihat reaksi Farid yang ternyata sangat di luar dugaannya.

SAVIOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang